BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penjernian air merupakan hal yang penting dalam kehidupan
seharihari, dikarenakan kebutuhan akan air bersih merupakan hal yang pokok dan
mendasar dalam kelangsungan hidup. Di dalam air banyak zat pengoyor dan
membutuhkan penjernihan air baik secara kimiawi atau alami. Banyak bahan yang
dijadikan penjernih air mulai dari: batu, pasir, kerikil, arang kaporit, kapur,
tawas, dan lain-lain.
Tawas merupakan koagulan yang banyak dipakai untuk pengolahan
air minum, maupun air limbah. Untuk mengolah limbah secara kimia dapat ditambah
bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahab pencemar kemudian
memisahkannya.
Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan
pembunuhan sejenis baha kimia yang disebut flokulan. Pada uimumnya seperti
Tawas Al2(SO4)3, ferrosulfat, dan lain-lain.
B.
Pokok-Pokok
Masalah
Adapun pokok-pokok masalah yang dapat diambil pada
pelaksanaan praktek Kerja Lapang ini adalah:
1.
Pengujian mutu aluminium sulfat cair Al2(SO4)3
yang masuk pada Laboratorium General PT. SUCOFINDO, Surabaya . Berdasarkan SNI 06-4367-19999
tentang aluminium sulfat cair Al2(SO4)3.
C.
Batasan
Masalah
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dibatasi
“Pengujian Mutu aluminium Sulfat Cair” yang mengacu pada SNI 06-4367-1999.
D.
Tujuan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan
PKL ini adapun tujuannya :
1.
Agar
siswa/i dapat mengembangkan wawasan, pola pikir dan kreatifitas dalam penetapan
teori pada pelaksanaan pengujian serta melihat pentingnya dilakukan pengujian
mutu periodic.
2.
Menumbuh
kembangkan sikap etos kerja, kemandirian, profesionalisme dan kreatifitas dalam
meningkatkan kedisplinan dan tanggung jawab.
3.
Mengaplikasikan
teori-teori yang telah didapatkan selama
mengikuti pendidikan di SMAK Makassar, serta melihat keterkaitan antara teoti
dan praktek dalam yehnik pengujian hingga didapatkan hasil uji yang akurat
serta terwujud :Analis aiap pakai”.
4.
Memenuhi
salah satu syarat dalam rangka penyelesaikan program pendidikan 4 tahun di SMAK
Makassar.
E.
Tujuan
Penyusunan Laporan
Adapun tujuan
penyusunan laporan Praktek Kerja Lpang ini adalah :
1.
Agar
siswa/I dapat mengembangkan kemampuan dalam mengumpulkan dan menyusun berbagai
referensi ataupun dari hasil konsultasi langsung dengan pembimbing.
2.
Agar
siswa/I dapat mengembangkan kemampuan berfikir terutama dalam evaluasi data dan
membahas hasil pengujian.
3.
Agar
siswa/I dapat melihat langsung situasi kerja/ dunia usaha kerja dan dapat
beradaptasi selama PKL.
4.
Memberi
uraian, penjelasan, dan bertangguing jawab kerja selama PKL.
5.
Sebagai
informasi dan sumber kepustakaan bagi pembaca khususnya agar siswa/i SMAK
Makassar.
F.
Waktu,
Tempat dan Metode Penelitian
Praktek Kerja Lapang ini berlangsung kurang lebih 3 bulan
dari bulan Januari-Maret dengan 5 hari kerja setiap minggunya, mulai pukul
08.00-16.00, dan dilaksanakan di Laboratorium general, pada Laboratorium PT.
SUCOFINDO, Surabaya. Dimana pada pengujian yang mengacu pada SNI 06-4367-1999
digunakan nenerapa metode antara l;ain :
1.
Metode Volumetri, untuk penentuan : Asam bebas
2.
Metode
Gravimetri, untuk penentuan bagian tak larut, Al2O3dan
berat jenis (Bj).
3.
Metode
Instrumen Atomic Absorbansi Spektrofotometri (AAS) untuk penentuan :logam As,
Fe dan Pb.
4.
Metode Elektrometrik, untuk penentuan : pH
G.
Sistematika
laporan
Sebelum penulis menguraikan isi dari pada laporan Praktek Kerja
Lapang (PKL) ini, terlebih dahulu penulis memaparkan tiap-tiap rangkaian dari
isi laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu:
PRABAB :Berisi
halaman awal dari laporan terdiri dari halaman judul, lembar pengesahan, kata
pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.
BAB I :PENDAHULUAN
Merupakan
pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, batas masalah, tujuan
pelaksanaan, tujuan penulisan, waktu, tempat dan metode penelitian yang diikut
sertakan sistematika penulisannya.
BAB II :TINJAUAN PERUSAHAAN
Berisi penjelasan
mengenai sejarah singkat pendiri perusahaan, struktur organisasi laboratorium,
dan juga keamanan dalam analitik.
BAB III :URAIAN TEORI
Berisi uraian tentang
Aluminium Sulfat, serta teori yang mendukung analisa yang dilakukan.
BAB IV :PROSEDUR ANALISA
Berisi tujuan, prinsip,
serta prosedur analisa.
BAB V :HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang
hasil-hasil analisa dan pembahasan berdasarkan parameter yang digunakan.
BAB VI :PENUTUP
Berisi tentang
kesimpulan dan saran yang merupakan penutup dan sebagai rangkaian akhir,
penyusunan menyertakan daftar pustaka yang menjadi pedoman dalam penyusunan
laporan.
BAB II
TINJAUAN
UMUM PERUSAHAAN
A.
Sejarah
Sungkat PT. (PERSERO) SUCOFINDO Surabaya
PT. Superintending Company of Indonesia (SUCOFINDO) didirikan
pada tahun 1956 oleh pemerintah Indonesia bekerja sana dengan salah satu
perusahaan superintending terbesar di dunia Societe general de Surveikllance SA
(SGS). Saham terbesar saat inin dipegang oleh pemerintah Indonesia terbesar 95 % dan sisanya
dipegang oleh SGS. PT. SUCOFINDO didiriakn dengan akte notaries Johan Arifin
Lumban Sutan Arifin nomor 42 tanggal 22 oktober di Jakarta, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan akte pernyataan keputusan rapat PT. SUCOFINDO dari
notaris Agus Hasyim Achmad SH, di Jakartatanggal 4 Mei 1998 nomot 3 tentang
Perubahan Anggaran Dasar yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia tanggal 17 Septembar 1998 C214089 HT.01.04 tahun
1998 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia tanggal 18 Januari
1999 nomor 6, tambahkan nomor 19. Pt.
SUCIFINDO beralamat di Graha SUCOFINDO jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34
Jakarta 12780.
Pada awal
berdirinya PT. SUCOFINDO berada dibawah koordinasi Kementrian Perekonomian dan
menyediakan jasa pemerikasaan kualitas dan kuantitas komoditi yang antara lain
untuk pengadaan stock Nasional.
Selain itu berperan dalam membantu
pelaksanaan ketentuan Pemerintah mengenai tata niaga, perdagangan dan industri.
Seiring dengan perkembangan perekonomian dan industrialisasi di Indonesia, PT.
SUCOFINDO terus melakukan diversifikasi
usaha bidang jasa pemeriksaan teknik, jasa pemeriksaan sarana laboratorium uji
dan analisis, dan yang terakhir jasa sertifikasi system manajemen mutu
lingkungan dan keselamatan kerja. PT. SUCOFINDO juga mengembangkan jasa
konsultasi dibidang investasi dan manajemen properti.
Menghadapui
tantangan di millennium ketiga PT. SUCOFINDO bertekad memposisikan diri melelui
suatu visi baru menjadi suatu perusahaan kelas dunia di bidang inspeksi,supervise,
pengkajian dan pengujian yang independent dengan bertekad memenuhi kepuasan
pelanggan. Visi tersebut diwujudkan melalui penerapan misi sebagai
berikut :
1.
Memberiakn pelayanan jasa terbaik untuk mencapai
kepuasan pelanggan melalui profesionalisme, jaringan yang luas, system
manajemen yang terpadu, teknologi tepat guna dan penggunaan standar yang diakui
Internasional.
2.
Perusahaan sangat menghargai sumber daya manusia dan
bertekad untuk mengembangkan mereka seperlunya.
3.
Perusahaan berupaya memenuhi kepentingan berbagai pihak
terkait secara seimbang.
PT. SUCOFINDO siap melayan8i pelanggan melalui jaringan
pelayanan di 45 cabang terbesar yang tersebar di seluruh kota-kota besar di
seluruh Indonesia .
Laboratorium service Surabaya mulai beroperasi
pada tahun 1978 sebagai unit dari cabang utama Surabaya ,
dan berdasarkan surat keputusan direksi nomor
020/SKD-DRU/ORG tahun 2000, unit Laborayoti servise Surabaya telah dibentuk swebagai cabang.
Secara organisatoris cabang Laboratorium Surabaya dibawah koordinasi SBU jasa
laboratorium.
Selaras dengan kebutuhan internal dan eksternal jasa
laboratoriumsecara terus-menerus dikembangkan kemampuan, kapasitas, dan
pengibaran. Pada saat ini terdapat
26 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk menjamin mutu
pengujian analisa yang lebih baik diterapkan system manajemen mutu yang mengacu
kepada ISO GUIDE 25 yang telah disempurnakan menjadi ISO/IEC 17025-2005 dan
telah memperoleh akreditasi dari badan akreditasi nasional dan Internasional
terdaftar dalam keanggotaan assosiasi komoditi seperti POSPA dan IBWA.
Laboratorium SUCOFINDO dilengkapi dengan peralatan uji analisa terkini seperti
GC-, MS, HPLC, AAS, karbon Sulfur, Analizer, UV-VIS, Sp[ektrofotometer, IR
Spectrometer dan ISO Kinetik Parti kulate Sampler.
Laboratorium
servise Surabaya merupakan laboratorium yang bergerak dibidang jasa pengujian
produk yang sedang dalam proses akreditasi oleh KAQN- BSN sesuai besar SNI
19-17925-2000 untuk lingkup pengujian komoditi coklat, kopi, gaplek,pupuk, aluminium sulfat, gula, AMDK. Sejalan dengan
perkembangan usaha maka cabang-cabang laboratorium Surabaya saat ini melakukan
persiapan untuk memperluas ruang lingkup akreditasinya, antara lain untuk jenis
komoditi mikrobiologi, bahan kimia, makanan, kimia lingkungan (limbah dan
udara) dan batu bara.
B.
Lokasi
Laboratorium
Laboratorium Surabaya menempati gedung laboratorium di jalan
Ahmad Yani No. 315 Surabaya dengan luas tanah 3947,7 m2 dengan luas
bangunan 1881 m2, terdiri dari 3 lantai. Pada lantai pertama
terdapat ruang costumer service, laboratorium Analisa Bahan Tambang (ABT), dan
analisa Laboratorium Kimia Lingkungan (AKL). Pada lantai kedua terdapat Laboratorium General (mikrobiologi, bahan kimia,
petroleum, makanan, minuman, konsumen produk), Lab. Hasil pertanian. Sedangkan
pada lantai ketiga digunakan sebagai ruangan administrasi umum, keuangan, dan
SDM.
C.
Fasilitas
dan Peralatan
Kegiatan operasional servise Surabaya ditunjang denagn
sekitar 150 peralatan untuk pengambilan, preparasi dan analisa contoh, termasuk
2 unit AAS, 1 unit gas kromotografi, 1 unit alat HPLC, 1 unit sulfur analyzer 1
unit Bomb calorimeter, 2 unit UV-VIS spektrofotometer,
seperangkat peralatn preparasi batu bara, seperangkat alat uji mikrobiologi,
alat-alat gelas dan lain-lain.
Tiap-tiap ruangan dilengkapi dengan sumber penerangan dan
pengaturan suhu yang memadai selain itu terdapat dust kollektor, srubber,
chimney, dan lemari asam yang menunjag kegiatn operasional laboratorium,
terutama yang berhubungan dengan debu, gas, dan bahan kimia berbahaya. Dibagian
belakng gedung terdapat instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan system
pengendapn dan netralisasi.
Untuk menjamin agar dapat dioperasikan dalam kondisi yang
optimal maka peralatan operasi laboratorium dibersihkan dan dirawat secara rutin
Baik secara internal maupun eksternal. Selain itu peraltan
yang memerlukan atau yang wajib dikalibrasikan kepada lembaga yang telah
terakreditasi untuk lingkup besaran yang terkait.
D.
Bentuk
Pelayanan Jasa
Jasa laboratorium adalah merupakan salah satu Sub Jenis Jasa
Umum yang menangani berbagai pengujian yang berkaitan dengan mutu dalam
hubungannya dengan keselamatan, keandalan dan kinerja produk atau kualitas
material.
Pengujian EMC baik untuk immunity (EMS )
maupun emisi (EMI) untuk parameter:
Elektomagnetik Pulsed (EMP)
Electromagnetik Interference (EMI)
Electromagnetik Susceptibility (EMS )
Pengujian EMC mengacu pada berbagai Standar sesuai dengan
kebutuhan pelanggan terutama berkaitan dengan Negara tujuan eksport dimana
regulasi EMC dipersyaratkan, seperti: IEC, CISPR, EN, FCC, dentory, AS/NZS,
MIL-STD, dan lain-lain.
E. Logo Persahaan
- Tiga Bola
Melambangkan
kegiatan dengan ruang lingkup Internasional, menyatukan tiga unsure wawasan
yang meliputi darat, udara, dan laut.
- Warna Biru
Melambangkan
kelanggengan, aman, terpercaya, berkesan jernih dan luas, mencerminkan
ketertiban dan keluasan jangkauan.
- Gradiasi Warna
Menunjukkan
manusia yang melambangkan sikap orientasi pada perkembangan dan kemajuan
masyarakat, cermin dari pada peran dari pada peran PT. SUCIFINDO sebagai “Agen of Development” dalam masyarakat.
- Logo Tipe
Mikrogama memiliki
kesan tegas, kuat, luas, stabil, kesan ini dapat menimbulkan citra sesuai
dengan sesuatu yang bersungguh-sungguh dalam setiap komitmen dengan semua
pihak.
F. Keamanan dalam Laboratorium
Terjadinya luka-luka dalam laboratorium biasanya disebabkan
oleh satu dari yang berikut (meskipun kita menyadari tentunya, ahwa ada ketumpanh-tindihan diantara
golongan-golongan ini pada banyak kecelakaan) misalnya:
1.
Kebakaran
2.
Keracunan
3.
Pmecahan gelas
4.
Peledakan
Kebakaran bukan merupakan bahaya yang umum di dalam
laboratorium tingkat permulaan oleh karena zat-zat yang mudah terbakar
(misalnya pelarut organic) tidak digunakan secara meluas. Setiap kali seperti
eter atau alkohol digunakan, haruslah dijaga agar tidak ada api didekatnya.
Demikian pula pleh karena sifat pekerjaannya, maka yag baru melakukan analisa
tidaklah mungkin mengalami suatu peledakan. Kita harus sangat berhati-hati bila berurusan dengan
zat atau alat yang ada kemungkinan terjadi peledakan. Asam perklorat terpikir
sebagai suatu contoh dari zat yang digunakan secara luas yang dapat sangat
berbehaya jika tidak digunakan secara tidak benar.
Kemungkinan suatu ledakan selalu harus diperhatikan setiap
waktu sebuah bejana ada didekatnya, yang isinya bertekanan seperti silinder gas
yang ditekan. Luka akibat pecahan gelas adalah biasa apabila pipa gelas ditekan
secara salah masuk suatu logam yang terlalu kecil dalam sebuah sumbat karet dan
apabila suatu tekanan yang luar biasa digunakan terhadap sebuah bejana gelas
tipis seperti sebuah beaker. Apabila ada kemungkinan bahwa twkanan tangan yang
diperlukan akan menyebabkan pecahan gelas, maka tangan harus dilindungi oleh
sebuah kaos tangan atau handuk. Barangkali yang merupakan bahaya yang paling
besar dalam laboratorium adalah ynag datang dari racun, jika kita memasukkan ke
dalam golongan zat koroasif, zat-zat seperti asam dan basa kuat yang mudah
menyerang jaringan manusia, pereaksi-pereaksi demikian harus diperlakukan
denagn berhati-hati. Apabila suatu zat seperti asam sulfat tertumpah pada kulit
atau percikan ke dalam mata, kehebatan luka bakar yang diakibatkan mungkin
tergantung cepatan keadaan ditangani. Mungkin tidak ada waktu untuk mencari
pertolongan ahli dan sebelumnya harus mengetahui perlakuan darurat yang harus
diadakan. Dengan luka-luka baker akibat asam atau alkali, langkah pertama yang
harus segera diambil dengan mengabaikan budi bahasa yang umum dan melupakan
setiap kebingungan kemungkinan yang mungkin ada adalah mencuci luas daerah yang
dipengaruhi dengan jumlah air dingin berlimpah ini harus diikuti oleh pencucian
dengan sebuah larutan biasa.
Lemah seperti
bikarbonat daam hal luka baker alkali. Kita harus dengan tepat mengetahui
dimana tempat zat-zat tadi. Pencegahan tentu saja jauh lebih baik dari pada
penyembuhan dan kehati-hatian yang enar akan mencegah kebanyakan luka bakar
asam. Sekali-kali tidak boleh menghisap larutan korosif ke dalam pipet dengan
mulut. Dalam banyak laboratorium diwajibkan bahwa mata selalu dilindungi denagn
kacamata yang diharuskan atau kacamata pengaman khusus. Meskipun contoh untuk
paling terkesan oleh asam-asamdan basa-basa yang kuat, tetapi harus diingat
bahwa hampir semua bahan kimia yang kita jumpai dalam laboratorium adalah racun
“kebiasaan memupuk sifat memandang rendah”, dan kita sering melupakan bahwa
zat-zat biasa seperti hydrogen sulfide, bezene, karbon tertraklorida dan uap
dari raksa dapat mencelakakan orang.
Kita tidak dapat membahas ntoksikologi dari semua racun ini sendiri-sendiri, tetapi
kita harus saling mengingatkan, dan terutama kita sendiri untuk waspada
terhadap bahaya-bahaya yang tersangkut dalam pekerjaan di laboratorum.
BAB III
URAIAN TEORI
A.
Aluminium
Sulfat, Al2(SO4)3
Tawas atau Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3.16
H2O) yang diperoleh dari hasil reaksi Al(OH)3 dengan H2SO4.
tawas merupakn senyawa dari Aluminium yang banyak digunakan untuk menjernihkan
air pada pengolahan air minum.
Pada proses pemurnian/penjernihan air, tawas berfungsi
sebagai koagulan yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandungnya, kemudian
terpisah menjadi endapan.
Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan
sejenis bahan kimiayang disebut flokulan. Pada umumnya Al2(SO4)3
dapat digunakan sebagai flokulan.
Sifat fisika :
a.
Rumus kimia :
Al2(SO4)3
b.
Berat molekul :
342.14
c.
Berat jenis :
1.61 gr/ml
d.
Titik didih :
260°C
Sifat kimia :
a.
Al2(SO4)3 bersifat
asam
b. Al2(SO4)3
dapat mengendap dalam suasana basa pada penambahan NH4OH
c.
Al2(SO4)3
+ NH4OH
(NH4)2SO4 + Al(OH)3
d.
Al2(SO4)3 dapat larut
dalam air
Kegunaan :
Tawas dalam kehidupan
sehari-hari dapat digunakan sebagai :
a.
Penjernihan air
b.
Industri kertas
c.
Industri kulit
d.
Tekstil
e.
Farmasi dan lain-lain.
Parameter uji :
·
Analisa
Bagian Tak Larut (BTL)
Bagian tak larut dalam Al2(SO4)3,
dilakukan untuk mengetahui bagian tak larut dalam air. Kotoran yang ada dalam
Al2(SO4)3 ini seperti pasir, atau silica,
bagian tak larut biasa juga disebut kadar kotoran. Kotoran yang ada pada contoh
dapat menjadi penghambat dalam proses analisa oleh karena itu kotoran harus
dihilangkan.
·
Analisa Al2O3
Al2O3 ditentukan dalam parameter uji ini karena
diketahui bahwa Al2O3 ditetapkan untuk mengetahui
kemurnian dari Al2(SO4)3 itu sendiri, dimana
Al2(SO4)3 diasamkan dengan HNO3.
Fungsi HNO3 untuk membebaskan dari pengotor atau pengganggu yang tak
diinginkan, pada proses penyaringan diberi indicator Methil Red agar perubahn
warnapada proses pengendapan dengan NH4OH yang diberi berlebihan
terlihat jelas menunjukkan pengendapan terjadi sempurna.
·
Al2(SO4)3
+ NH4OH (NH4)2SO4
+ Al(OH)3
Al(OH)3 Al2O3 +
H2O
Pada proses penyaringan dicuci dengan air panas yang sebelumnya diberi NH4Cl
sebagai penyangga dan dicuci dengan NH4NO3 per liter
hingga bebas clorida. Setelah itu dilakukan pemijaran selama 2 jam pada suhu
1100°C.Al(OH)3 akan berubah menjadi Al2O3
denagn melepas air (H2O).
·
Analisa Asam bebas sebagai H2SO4
Asam bebas dalam Al2(SO4)3 dapat
ditentukan dengan metode Titrimetri, seperti yang diketahui Al2(SO4)3
merupakan hasil reaksi dari Al(OH)3 dengan H2SO4
hingga memungkinkan adanya asam bebas yang terdapt dalam Al2(SO4)3,
dalam penentuan asam bebas digunakan KF untuk menguraikan Al2(SO4)3
menjadi 2 senyawa netral yaitu :
Al2(SO4)3
+ KF + H2SO4 AlF3 + K2SO4
+ H2SO4
·
Analisa Bobot jenis
Pada prinsipnya penetapan ini dilakukan untuk membandingkan bobot contoh
dengan air pada volume dan suhu yang sama.
·
Analisa pH
pH dapat dianalisa dengan metode elektrometrik ynag berdasarkan aktifasi
ion hydrogen atau semakin banyak ion H+ dalam contoh yang akan
semakin kecil pHnya. Didapatkan dari penurunan rumus :
log [H+]
Elektometrik adalah pengukuran berdasarkan aktifitas e- dalam
contoh.
·
Analisa
Logam-logam : As, Fe, dan Pb
As:
Merupakan logam berat, dan beracun dalam sistem periodikunsur merupakan elemen
ke 3 dalam golongan 5 A, merupakan no.atom 33 dan berat atom 74, 92. Secara
alamia Arsen berikatan dengan Sulfat, sebagai pirit. Arsen digunakan dalam
campuran logam Allow dengan Pb.
Pb :
Merupakan logam berat dan beracun dalam sistem periodik unsur merupakan elemen
ke 5 dalam golongan IV A, mempunyai no.atom 82 dan berta atom 207, Valensi 2
dan 4.
Fe : Besi
adalah suatu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir tiap tempat dibumi,
merupakan logam putih perak, kokoh, dan liat, dalam sistem periodik unsur
elemen 1 dalam gol.8 mempunyai no.atom 26 dan berat atom 55.85. Valensi 2 dan
3. Dalam udara Fe3+ teroksidasi menjadi Fe2+ dan dapat
terhidrolisis menjadi senyawaan merah (Fe(OH)3).xH2O.
Seperti yang kita ketahui
spektrofotometri serapan atom adalah metode analisa penentuan unsur logam dan
metaloid yang berdasarkan penyerapan. Logam diatas dianalisa dengan metode
instrumen AAS dimana contoh yang dianalisa mengalami proses atomisasi. Didalam
Al2(SO4)3 terdapat impuritas logam namun dalam
jumlah yang kecil, seperti :
Fe maks 0.03 %
Pb maks 50 mg/kg
As maks 50 mg/kg.
B.
Metode
Gravimetri
Metode gravimetric adalah cara analisis untuk menetuan jumlah
zat didasarkan pada penimbangan dalam hasil ini penimbangan hasil reaksi
setelah bahan direkasikan.
Pada analisa “Mutu Alumium Sulfat Cair” parameter yang
menggunakan metode gravimetric adalah pada pengujian :
1.
Bagian tak larut
2.
aluminium Oksida
3.
berat jenis
Pada
metode gravimetri hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Penimbangan
Menimbang benda ataupun zat
merupakan satu langkah paling penting dalam analisa, kesalahan dalam
penimbangan mengakibatkan kesalahan pada proses analisa.
b. Pengendapan
Sejumlah bahan ditimbang lalu
ditambahkan pereaksi tertentu hingga didapatkan suatu hasil reaksi serupa
senyawaan baru (endapan), yang selanjutnya endapan tersebut diukur bobotnya
dengan cara ditimbang. Menurut Von Weimen suatu larutan terbentuk bila larutan
mengalami lewat jenuh terhadap endapan tersebut maksudnya larutan yang
mengandung zat yang melebihi konsentrasi larutan jenuh.
c. Pemijaran
Pemijaran merupakan pengerjaan
akhir dari pada endapan, bila endapan sukar dipijarkan hendaknya bobot contoh
yang ditimbang jangan terlalu besar, olehnya itu pemijaran harus dilakukan
sebaik mungkin dengan memperhatikan suhu dan waktu.
C.
Metode Titrimetri
Adalah cara
analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang diketahui
konsentrasinya kemudian direaksikan dengan larutan contoh dan ditetapkan
kadarnya.
Pada analisa ”Mutu
Aluminium Sulfat Cair” parameter yang menggunakan gravimetri adalah para
pengujian :
Asam Bebas sebagai
H2SO4
Pada analisa ini metode
titrasi yang dilakukan adalah titrasi Asam-Basa yaitu : Alkalimetri
Alkalimetri adalah cara metode
analisa volumetri untuk menetapkan kadar contoh yang bersifat asam dengan
larutan standar basa.
H2SO4
+ 2NaOH Na2SO4
+ H2O
D.
Metode dengan menggunakan Instrumen Atomic
Absorbtion Spektrofotometri (AAS)
Pada prinsipnya
Instrumen AAS ini berdasarkan penyerapan atom-atom, dimana contoh yang
mengalami proses atomisasi setelah dikenal radiasi sinar, kemudian atom
menyerap sejumlah energi hingga tereksitasi, atom tersebut kemudian akan
kembali ketingkat energi dasar karena takstabil sambil mengemisikan sejumlah
sinar, banyaknya energi yang terserap setara dengan konsentrasinya.
Ada 2 faktor
keberhasilan dalam analisa ini :
·
Eksitasi
·
Garis
Resonansi
Pada dasarnya
teori absorbsi dalam instrumen AAS ini didasarkan dari penyerapan hukum
Lambert-Beer yaitu ”bila cahaya monokromatis terdiri dari satu panjang
gelombang saja yang dialirkan melalui suatu media (gas, cairan, padatan, atau
gas yang tembus cahaya), maka sebagian cahaya akan dipantulkan, diserap, dan
dipancarkan oleh media.
|
Cahaya Io It
Ia : cahaya yang diserap
Io : cahaya yang masuk yang intensitasnya 0
Ir : cahaya yang dipantulkan
It : cahaya yang dipancarkan
BAB IV
PROSEDUR ANALISA
A.
Analisa Bagian tak larut (BTL)
Tujuan Penetapan : untuk mengetahui bagian tal larut
dalam air
Prinsip
Dasar : Pemisahan bagian tal larut dalam air dapat ditentukan dengan
melarutkan contoh dengan air kemudian disaring, setelah itu residu dipanaskan
selama 1 jam pada suhu 105ºC.
Alat dan
bahan :
·
Labu
ukur 500 ml
·
Corong
·
Pengaduk
·
Piala
gelas 250 ml
·
Oven
·
Eksikator
·
Neraca
·
Gegep
·
Petridisk
·
Kertas
saring 41
·
Aquadest
Cara kerja :
·
Ditimbang
± 20 gr contoh Al2(SO4)3 (cair) ke dalam piala
gelas
·
Dilarutkan,
kemudian disaring pada kertas saring yang diketahui bobot kosongnya
·
Dicuci
dengan air panas hingga bebas sulfat
·
Labu
ukur ditepatkan dan dihomogenkan
·
Hasil
residu/saringan dimasukkan ke dalam petridisk
·
Dipanaskan
dalam oven selama ± 1 jam pada suhu 105ºC.
B.
Aluminium Oksidasi (Al2O3)
Tujuan penetapan : Untuk mengetahui kemurnian Al2(SO4)3
Alat dan bahan :
·
Gelas
piala 250 ml
·
Labu
ukur 500 ml
·
Erlenmeyer
300 ml
·
Corong
·
Cawan
porselin
·
Kertas
Saring ”41”
·
Hot
plate
·
Pengaduk
·
Tanur
·
Eksikator
·
Gegep
·
Pipet
skala 10 ml
·
Pipet
volum 25 ml
·
Neraca
·
Hasil
saringan bagian tak larut
·
Ammonium
Cloride (NH4Cl)
·
Larutan
HNO3(pekat)
·
Indikator
MM
·
Larutan NH4OH
·
Larutan
NH4NO3
·
Air
panas
·
Aquadest
Prisip
dasar : aluminium
dalam contoh diendapkan dengan NH4OH suasana basa menjadi Al(OH)3
dan dipijarkan menjadi Al2O3.
Cara
kerja :
·
Dipipet
hasil saringan penetapan bagian tak larut, sebanyak 25 ml dalam gelas piala 250
ml.
·
Siasamkan
dengan HNO3 pekat 2-3 tetes, dihangatkan
·
Ditambanhkan
NH4Cl dan indikator MM, dipanaskan hingga hampir mendidih.
·
Ditambahkan
tetes demi tetes NH4OH hingga contoh mengendap sempurna.
·
Diaduk
terus menerus hingga larutan berwarna kuning sindur, didinginkan.
·
Disaring
dengan kertas saring 41, endapan dicuci dengan air panas yang mengandung 20 gr
NH4NO3/liter, dan beberapa tetes NH4OH, hingga
bebas klorida.
·
Kertas
saring dimasukkan dalam cawan porselin dan dipijarkan 1100ºC dalam tanur selama
2 jam.
C.
Analisa pH (2% b/v dalam Air)
Tujuan penetapan : Untuk mengetahui pH dalam contoh Al2(SO4)3
(cair)
Prinsip
dasar : pH dalam larutan
contoh dapat ditentukan dengan mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam larutan
contoh.
Alat dan
Bahan :
·
Gelas
piala 250 ml
·
Neraca
·
pH
meter
·
Al2(SO4)3(cair)
·
Aquadest
Cara kerja :
·
Ditimbang
± 2 gr contoh Al2(SO4)3 (cair) dalam gelas
piala 250 ml.
·
Dilarutkan
± 100 ml aquadest
·
Kalibrasi
pH meter dengan buffer pH.
·
Dicelupkan
elektroda yang bersih dengan ir suling di dalam contoh yang dianalisa (suhu
contoh disesuaikan 27ºC).
·
Dibaca
dan dicatat nilai pH pada skala pH meter.
D.
Analisa Berat Jenis (20ºC)
Tujuan penetapan : Untuk mengetahui berat jenis contoh
Al2(SO4)3(cair).
Prinsip
dasar : Membandingkan
bobot contoh dengan air pada volume dan suhu yang sama.
Alat dan
bahan :
·
Piknometer
·
Oven
·
Neraca
·
Aseton
·
Air
·
Al2(SO4)3
(cair)
·
Termometer
Cara kerja :
·
Dibersihkan
piknometer yang dibilas dengan aseton (dikeringkan dan ditimbang kosong).
·
Piknometer
diisi larutan contoh dan tutup piknometer dipasang.
·
Ditimbang
bobotnya
(Lakukan pengerjaan diatas
namun piknometer diisi air sebagai pembanding).
E.
Analisa asam Bebas Sebagai H2SO4
Tujuan penetapan : Untuk mengetahui kadar asam bebas
sebagai H2SO4.
Dasar
prinsip : Garam Aluminium
akan terdekomposisi dengan kelebihan KF 50 % membentuk 2 senyawa yang netral,
hingga asam bebas dapat ditentukan.
Alat dan
bahan :
·
Erlenmeyer
asah 250 ml
·
Buret
50 ml
·
Pipet
volum 10 ml, 100 ml
·
Indikator
PP
·
Larutan
KF 50%
·
Larutan
NaOH 0,5 N
·
Larutan
H2SO4 0,5 N
Cara kerja :
·
Dipipet
100 ml larutan contoh hasil saringan penetapan bagian tak larut.
·
Diasamkan
dengan H2SO4 0,5 N sebanyak 10 ml dengan pipet skala
dididihkan 1-2 menit diatas hot plate, didinginkan.
·
Ditambahkan
larutan KF 50% sebanyak 18-20 ml.
·
Ditetesi
indikator PP, dititar dengan NaOH 0,5 N hingga warna merah muda(a ml)
·
Dibuat
blanko (b ml)
F.
Analisa logam-logam Fe,Pb,As
Tujuan
penetapan : Untuk mengetahui
konsentrasi logam Fe, Fb, As dalam Al2(SO4)3.
Prinsip
dasar : Logam-logam Fe,
Pb, dan As yang ada dalam Al2(SO4)3 dapat
diketahui dengan mudah dengan instrumentasi AAS (Atomatic Absorbsiton
Spektrofotometer).
Cara
kerja :
·
Dipipet
hasil saringan penetapan bagian tak larut sebanyak 50 ml dalam botol plastik.
·
Dianalisa
pada alat instrumen Atomatic Absorbsiton Spektrofotometer (AAS).
·
Lakukan
pengerjaan yang sama pada blanko.
BAB V
HASIL ANALISA
A. Bagian tak larut
·
Data penimbangan contoh Al2(SO4)3
(C) :
Duplo :
A = 20,1850 gram
B = 20,2122 gram
·
Data penimbangan kertas saring kosong (A) :
A = 86,5143 gram
B = 81,6196 gram
·
Data penimbangan kertas saring + kotoran (B) :
A= 86,5299 gram
B = 81,6343
Kadar bagian tak
larut :
(a)% =
(Berat kertas saring + kotoran) – (Berat kertas saring kosong)x100%
(Berat
contoh)
= 86,5299 gram –
86,5143 gram x 100%
20,1850
gram
= 0,077 %
(b) % = (Berat kertas saring + kotoran)-(Berat kertas saring
kosong)x100%
(Berat
contoh)
=
81,6343 gram – 81,6196 gram x 100%
20,2122
gram
=
0,072 %
B.
Aluminium
Oksida (Al2O3)
·
Data penimbangan berat cawan kosong :
A = 20,9319 gram
B = 17,7329 gram
·
Data penimbangan berat cawan setelah pemijaran :
A = 21,0109 gram
B = 17,7329 gram
Perhitungan :
- Kadar Al2O3
= (Bobot cawan
setelah pemijaran) – (Bobot cawan kosong) x Fp x 100%
(Bobot
contoh)
= 21,0109 gram –
20,9319 gram x 100%
20,1850
gram
= 7,8 %
- Kadar Al2O3
= (Bobot cawan
setelah pemijaran) - (Bobot cawan kosong) x 100%
(Bobot
contoh)
= (17,7329 –
17,6505)gram x 20 x 100%
20,2122
gram
=
8,15 %
C.
pH (2% b/v
dalam Air)
Data penimbangan
berat contoh Al2O3
Duplo
A = 2,2563 gram
B = 2,2753 gram
pH larutan contoh :
A = 3,28
B = 3,29
D.
Berat Jenis
(BJ) 20°C
o
Berat piknometer kosong (Wp) = 26,4992 gram
o
Berat piknometer + contoh (W1) = A. 101,4354 gram
B. 99,7939 gram
o
Berat piknometer + air (W2) = 76,1549 gram
(a) Berat jenis = W1 – Wp
W2 – Wp
=101,4354 gram – 26,4992 gram
76,549 gram – 26,4992 gram
=74,9362
49,6557
=1,5092
(b)
= W1 –Wp
W2 – Wp
= 99,7939 – 26,4992
76,1549 – 26,4992
= 73,2947
49,6557
= 1,4760
E.
Logam-logam
Fe, Pb, As
o
Logam Fe (Duplo)
(Absorban contoh – absorban
blanko) x 500/1000 x 100%
Berat
contoh x 1000
a.=
(0,553-0,010 mg/l)x500/1000 x 100%
20,2122
x 1000
= 0,0013 %
b.=
(0,554-0,010 mg/l) x 500/1000
x 100%
20,2122
x 1000
=
0,0013%
o
Logam Pb (Duplo)
(Absorbansi contoh – absorbansi blanko)
x 500/1000 x 100%
Berat
contoh x 1000
a. = (-0,03-(-0,02))mg/l x 500/1000
x 100 ppm
20,1850 x 100
=<1,0
ppm
b. = (-0,04-(-0,02))mg/l x 500/1000 x 1000 ppm
20,2122
x 100
=
< 1,0 ppm
o
Logam As (duplo)
(Absorbansi contoh – absorbansi
blanko) x 500/1000 x 1000 ppm
Berat
contoh x 1000
a. = (-0,04-(-0,02))mg/l x 500/1000
x 1000 ppm
20,1850
x 100
= <0,001 ppm
b.= (-0,05-(-0,02))mg/l x 500/1000
x 1000 ppm
20,2122
x 100
= < 0,001 ppm
F.
Asam bebas
sebagai H2SO4
(ml contoh- ml blanko) x Fp x N x
Bst x 100%
Berat
contoh
o Volume
contoh = a. 7,8 ml
b. 7,9 ml
o Volume
blanko = 8,2 ml
o N NaOH =
0,5 N
o Bst = 0.049
o Berat
contoh = a. 20,1850 gram
b. 20,2122 gram
o Fp = 5
Duplo
a. (7,8-8,2)ml x 5 x 0,5 N x 0,049 x 100%
=<0,1%
20,1850 gram
b. (7,9-8,2)ml x 5 x 0,5 x 0,049 x 100% =
<0,1%
20,2122 gram
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari data hasil pengujian “Mutu Aluminium
Sulfat Cair Al2(SO4)3” berdasarkan SNI
06-4267-1999, didapatkan bahwa contoh Aluminium Sulfat Cair Al2(SO4)3
memenuhi Standart Nasional Indonesia ,
dengan hasil:
1.
Bagian tak larut : 0.0745% - maks. 0,25%
2.
Aluminium oksida (Al2O3) : 7.97%
- min. 8
3.
Bj : 1.4926 – min. 1,3
4.
Logam Fe : 0.0013%
- maks. 0,03%
Pb : < 1.0 ppm – maks. 50 mg/kg
As : <0.001 ppm – maks. 50 mg/kg
5. Asam bebas
sebagai H2SO4: <0.1% - maks 0,10%
6. pH : 3,28 – min. 3
Bahwa mutu dari Al2(SO4)3 yang diuji
pada Lab. SUCOFINDO memenuhi standar nasional.
B. Saran
Sehubungan dengan perkembangnya dunia kerja ada
beberapa saran dari penulis sampaikan, baik pada sekolah maupun pada PT.
(Persero) SUCOFINDO cabang Surabaya .
Penulis menyarankan, sebelum melakukan
pengujian hendaknya analis dapat memahami metode uji, penyiapan
alat/contoh, karena dapat menyebabkan kesalahan pada proses analisa.
LAMPIRAN
A.
Pembuatan
Reagen
o
Larutan
Kaliumfluorida 50 %
Ditimbang dengan teliti ± 250 gram Kaliumfluorid dalam gelas piala 300 ml
air suling bebas CO2, tambahkan indicator fenolptalin dengan KOH
atau H2SO4 sampai berwarna merah muda, saring encerkan
dengan air suling bebas CO2 hingga 500 ml, simpan dalam botol
plastik.
o
Larutan
NaOH 0,5 N
Dipipet dari larutan NaOH 5 N sebanyak 50 ml dalam labu ukur 500 ml,
kemudian tepatkan dengan aquadest bebas CO2, homogenkan standarisasi
dengan kalium hydrogen phatlat (C8H5KO4).
o
Standarisasi
NaOH dengan C8H5KO4
Ditimbang ± 2 gram C8H5KO4 ke dalam
Erlenmeyer, dilarutkan dengan 100 ml aquadest bebas CO2, ditetesi
indicator phenolftalin dan dititar dengan larutan NaOH 0,5 N, yang akan
ditentukan kenormalannya. Titik akhir ditentukan dengan perubahan warna dari
tak berwarna menjadi merah muda.
o
Larutan H2SO4
0,5 N
Dipipet dengan hati-hati ±6,79 ml dari Asam Sulfat (P) 98%, kemudian
dilarutkan dengan 500 ml aquadest bebas CO2, dihomogenkan selama 30
menit, kemudian masukkan dalam botol plastic.
o
Larutan
indicator Phenolftalen (PP)
Ditimbang dengan teliti ± 0,1 gram phenolftalen dalam 100 ml alcohol 96%,
homogenkan setelah itu masukkan dalam botol plastic.
o
Larutan
Indikator Methil Red (MM)
Ditimbang dengan teliti ± 0,1 gram Methil Red (MM) dalam 100 ml alcohol
96%, homogenkan setelah itu dimasukkan dalam botol plastic.
DAFTAR PUSTAKA
Arnodl E. Greengerg, dkk.Standart Methods for The Examination of Water an Wasty Water ,
Japan .
Drs. Amin Priyanta, 2002, Intisari Kimia, Jakarta
: Teknomedia.
JICA ( Japan Internasional Cooperation Agency),
Bimbingan Teknik Penggunaan AAS.
Kasman Kasdira, 2005, Penuntun Kimia Instrumen III.
S.M. Khopkar, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Standar Nasional Indonesia , “Aluminium Sulfat Cair”. SNI
06-4367-1999.
www.yahoo.com// “
Penerjemah Air Minum”.
Yusuf, 2003, Catatan
Kimia Analisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar