Selasa, 22 Mei 2012

Report Prakerin In KALSEL_Analisa proximat dan TS pada batubara_


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pada masa era globalisasi saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diberbagai bidang khususnya pada bidang industri merupakan tantangan bagi setiap perusahaan atau instansi untuk saling bersaing menerapkan prinsip peraturan internasional dengan adanya informasi pada masa ini, bahwa barang-barang yang akan diperdagangkan akan didukung oleh adanya hasil dari suatu lembaga pengujian barang dan jasa yang berkompetisi untuk melakukan pengujian.
Proses pengujian suatu barang dan jasa dibutuhkan keterampilan yang khusus dalam melakukan pengujian tersebut misalnya: keterampilan dalam melakukan suatu analisa suatu barang dan jasa baik melalui praktek maupun teori atau lisan yang menjadi pedoman untuk menganalisa suatu produk agar pengujian suatu produksi tidak terbantahkan oleh pihak lain, tentunya didukung oleh adanya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam menganalisa sutau produk yang siap berkompetensi sehingga dapat bersaing dengan laboratorium lain baik nasional maupun internasional.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan taknologi (IPTEK) khususnya dibidang industri pertambangan, dalam hal ini batubara, maka perlu adanya pengawasan terhadap mutu dari tiap-tiap jenis produksi. Karena mutu dan kualitas dari suatu batubara sangat berpengaruh dalam penggunaan dan pemanfaatannya.
Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) Makassar merupakan salah satu alternative untuk menindak lanjuti hal tersebut diatas. Oleh karena itu sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah analis Kimia (SMAK) Makassar yang mewajibkan siswa-siswi kelas IV semester VIII untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) Makassar.
Melihat peranan batubara yang sangat besar ini, maka penulis tertarik untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri pada batubara yang terdapat di Banjarbaru, Kalimantan selatan yakni PT. GEOSERVICES  Site Asam-Asam yang memfokuskan pada “ Analisa Proximate dan Total Sulfur pada Batubara”.Dimana batubara merupakan salah satu sumber energy yang depositnya cukup besar dan sudah lama dikenal serta digunakan sebagai bahan bakar kapal uap, lokomotif, pabrik semen, dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

B.       Tujuan Praktek Kerja Industri
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) bagi siswa-siswi Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) Makassar bertujuan untuk:
1.             Menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam bekerja khususnya dalam bidang pengujian di laboratorium.
2.             Menumbuh kembangkan sikap etos kerja, sikap kemandirian, dan sikap professional sebagai seorang tenaga analis kimia.
3.             Melatih dan meningkatkan disiplin serta tanggung jawab dalam lingkungan kerja.
4.             Menambah literature bagi perpustakaan Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar.
5.             Membuka wawasan siswa agar lebih mengenal dunia kerja.
6.             Mengembangkan kemampuan siswa dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh disekolah
7.             Membina siswa agar berhasil menjadi lulusan yang berkualitas, dan
8.             Menyiapkan siswa agar lebih familiar dengan lingkungan dunia kerja.
Tujuan khusus dilaksanakannya kerja praktik adalah untuk:
1.               Mempelajari metode-metode analisa kandungan kimia pada batubara.
2.               Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program belajar pada institusi pendidikan Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) Makassar.

C.      Identifikasi Masalah
Batubara merupakan bahan bakar padat yang mengandung mineral-mineral. Penanganan batubara memerlukan pengamanan, karena ada beberapa masalah dalam penanganan batubara antara lain :
1.             Batubara dapat terbakar sendiri.
2.             Batubara dapat menimbulkan ledakan.
Meskipun terdapat masalah dalam penanganan batubara, masyarakat memakai sumber daya energi di Indonesia, terutama yang menggunakan energi untuk keperluan pembakaran dalam jumlah besar seperti: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan industri semen, menyadari bahwa penggunanan batubara mempunyai kelebihan antara lain:
1.             Penekanan biaya operasi yang disebabkan oleh harga batubara yang lebih murah dari pada jenis sumber energi lainnya.
2.             Batubara dalam dunia industri lebih berperan dibandingkan sumber energi yang lainnya.
Penggunaan batubara dalam bentuk briket merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan korosin maupun kayu bakar yang masih banyak digunakan di daerah pedesaan, dengan beralihnya kebiasaan membakar kayu bakar ke briket batubara, masalah ekologi air tanah akan mendapat bantuan yang tak terhingga.

D.      Metode Penulisan
Adapun metode – metode yang penulis pergunakan dalam penyusunan laporan ini antara lain :
1.    Metode Orientasi di Laboratorium
Pada metode ini, penulis terjun langsung melaksanakan percobaan, dalam hal ini penulis sendiri yang bertindak sebagai analis dalam melakukan analisa kimia. Dengan metode ini penulis merekam semua bentuk pengamatan yang berkaitan pada proses analisis kimia.
2.             Metode Study Literatur
Pada metode ini penulis membaca dan mempelajari berbagai literature yang berkaitan dengan materi tentang analisa batubara.
3.    Konsultasi dengan pambimbing
Apabila dijumpai suatu permasalahan yang tidak terdapat pada literature, maka sebagai jalan keluarnya adalah berkonsultasi langsung dengan pembimbing.

E.       Sistematika Laporan
Laporan ini dibagi menjadi 3 bagian utama yang meliputi :
a)    Bagian pendahuluan yang mencakup : halaman judul, lembar pengesahan, lembar penerimaan, kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi.
b)   Bagian isi yang terdiri dari :
BAB I            :  Berisi pendahuluan yang mencakup : latar belakang,tujuan praktek kerja industry, identifikasi masalah, metode penulisan laporan dan sistimatika laporan.
BAB II          :   Berisi tinjauan umum perusahaan yang mencakup : sejarah singkat perusahaan, fungsi, tugas dan struktur kerja divisi laboratorium PT. GEOSERVICES.
BAB III       :   Berisi landasan teori mengenai batubara yang mancakup : defenisi batubara,pembentukan,jenis,kelas sumber daya,proses pembentukan,sifat,komponen,kegunaan dan penjelasan tentang parameter analisa batubara.
BAB IV       : Berisi tentang metode analisa yang meliputi: analisa proximat (kadar air,kadar abu dan volatile matter), dan analisa total sulfur.
BAB V         :  Berisi tentang hasil analisa dan pembahasan.

c)    Bagian penutup
BAB VI       : Terdiri dari kesimpulan dan saran. Dimana pada   kesimpulan mencakup tentang analisa kadar proximat, dan total sulfur.















BAB II
TINJAUAN UMUM PT. GEOSERVICES

A.      Sejarah PT. Geoservices
PT. GEOSERVICES adalah perusahaan konsultan yang seluruhnya dimiliki oleh perusahaan swasta nasional, dua pendiri utama perusahaan ini adalah master dari Colorado school of Mines Bapak H.L Ong yang mempunyai gelar Doctor kimia batu-batuan pada tahun 1968 sedangkan Bapak Durban L. Ardjo mendapatkan masternya (M.Sc) dalam metalurgi pada tahun 1965.
Sejak didirikan pada tahun 1971 PT. GEOSERVICES terus dikembangkan dalam memberikan pelayanan dibidang pertambangan ini mempekerjakan 400 karyawan yang diantaranya ialah ahli dari luar negeri. Laboratorium batubara didirikan pada tahun 1982 dengan laboratorium pusatnya di Bandung. Saat ini PT. geoservices telah memiliki 7 laboratorium batubara dan mempekerjakan sedikitnya 600 orang karyawan. Selain laboratorium yang ada di Bandung, laboratorium lainnya terdapat di Balikpapan, Banjarbaru, Dumai, Jakarta, Makassar, Surabaya, Samarinda, Tg. Redep, Medan dan Singapore.
Laboratorium kimia ini termasuk slah satu unit kerja yang didirikan pertama kali disamping unit kerja lainnya, seperti pemetaan dan eksplorasi, pelayanan yang dapat diberikan pada waktu itu ialah pemeriksaan kualitas mineral dan air, sekarang laboratorium PT. GEOSERVICES selain dapat melayani pemeriksaan mineral dan air juga dapat melayani pemeriksaan kualitas batubara, minyak dan gas.
PT. Geoservices bekerja sama dengan perusahaan asing yaitu ACIRL (Australia Coal Industri Resources Laboratories) dan untuk menjaga kualitas hasil pekerjaan di PT. Geoservices maka dilakukan secara rutin setiap bulan Round Robin Check yang di ikuti oleh 58 laboratorium yang ada di Indonesia maupun Australia. Sedangkan Daily Check adalah pemeriksaan suatu mutu analisa yang dilakukan sendiri dengan menggunakan sampel standar yang telah diketahui mutunya.

B.       Fungsi dan Tugas
PT. Geoservices mempunyai fungsi dan tugas dalam pengujian dan menganalisa mineral-mineral, batubara, minyak dan gas bumi. Untuk menjalankan pengujian itu, PT. Geoservices bekerjasama dengan analis dari Australia pada tahun 1986-1989 dan Australia laboratories pada tahun 1991, tujuannya adalah untuk mendapatkan kesempatan yang luas untuk pelatihan para staf  laboratorium baik yang berada di Indonesia maupun yang ada diluar Indonesia.
PT. Geoservices adalah lisensi untuk perlakuan pengawasan muatan batubara di Indonesia dan memiliki staff pengawas yang terlatih dengan pengawas yang luas tentang control dengan berat badan dagang atau komoditi. PT. Geoservices telah mengerjakan berbagai pengujian dan pelayanan terhadap industry batubara Indonesia. Layanan ini tentang loging test batuan secara cepat yang telah ditawarkan sejak tahun 1982.
Pada tahun 1989 pelayanan loging test  semakin ditingkatkan dengan menambahkan yang baru dan modern sehingga loging test dilakukan dengan system komputerisasi digital menawarkan pula pembukaan dan hal mengenai pelayanan loging test untuk penyelidikan dan produksi minyak dibawah 2000 meter. Sebelum tahun 1991, PT. Geoservices mengembangkan system loging testnya, selain itu, PT. Geoservices menawarkan pelatihan bagi para pekerja dari instruktur yang berpengalaman selama lebih dari 10 tahun yang telah mendapat izin dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk menggunakan sumber radio aktif.
PT. GEOSERVICES  memberikan pelayanan-pelayanan yang secara garis besarnya sebagai berikut:
·           Export superintending
Sebagai independent arbitor untuk pemasok batubara dengan pembeli untuk tujuan penentuan dan kualitas batubara yang akan pengapalan.
·           Pengujian Contoh Eksplorasi Tambang dan Preparation plant
Laboratorium pengujian yang terdapat di Bandung , Samarinda dan Balikpapan, disamping mengerjakan pengujian superintending, dilengkapi pula dengan peralatan dan personal untuk menangani pengujian batubara yang lebih rumit dan bervariasi serta di perlukan dalam program eksplorasi, tanmbang dan coal preparation plant.

·           Sampling
Mengerjakan sampling untuk pembuatan sertifikat sampling dan pengujian PT. GEOSERVICES  memiliki pegawai yang ahli dalam penentuan presisi sampling dan bias.
·           Pengujian Kimia
PT. GEOSERVICES  melakukuan pengujian kimia suatu batubara berdasarkan permintaan client.

C.      Struktur Kerja Divisi Laboratorium PT. Geoservices
Tugas divisi laboratorium di PT. Geoservices dibagi dalam dua bagian yaitu:
1.             Komersial (Superintending Work)
a.    Jumlah (Quantity)
Dilakukan dengan cara draf survey, yaitu penetapan jumlah berat batubara yang masuk dalam kapal pengangkut.
b.    Kualitas (Quality)
Dilakukan dengan cara draf survey, yaitu penetapan kualitas batubara yang masuk dalam kapal pengangkut.

Ø  Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit dari semua sampel yang ada sehingga sampel tersebut mampu mewakili seluruh jumlah sampel yang ada.
Ø Preparasi
Sampel dipersiapkan secara sistematis untuk keperluan analisa dengan tahap kerja sebagai berikut :
·            Air drying (pengeringan pada udara terbuka)
·            Crushing (proses pengecilan ukuran)
·            Dividing (pembagian sampel)
·            Milling (pengecilan ukuran menjadi halus sehingga siap untuk            dianalisa)
Selain proses di atas ada juga tes yang dilakukan pada bagian lain yaitu :
·             Size analysis (analisa ukuran batubara)
·             Hardgrove Grindability Indeks / HGI (mengetahui kemudahan batubara untuk digerus)
·             Free Moisture (kadar air bebas)


c.    Analisa (Analysis)
Untuk mengetahui persentasi kandungan zat-zat atau mineral tertentu serta nilai total moisture yang terkandung dalam batubara tersebut agar dapat diketahui kualitasnya, analisa yang biasa dilakukan pada bagian ini adalah :


·            Proximate  : Moisture, Ash, Volatile Matter, dan Fixed
         Carbon.
·            Total Moisture
·            Total Sulfur
·             Calori Value

2.             Kualitas Kontrol (Quality control)
Ruang lingkup pada bagian ini adalah :
a.         Product Control
Suatu kegiatan untuk mengontrol hasil produksi yang bertujuan untuk spesifikasi dari kualitas yang kita punya atau produksi.
b.         Washability Test
Kegiatan untuk mempelajari karakteristik batubara apabila dilakukan pencucian berdasarkan density-nya.
c.         Preparation
               Kegiatan ini meliputi Air drying lost, crushing, dividing, dan milling.
d.         Testing
               Kegiatan ini meliputi free moisture.
e.         Analysis
               Kegiatan ini meliputi :
v  Analisis – analisi dasar, yaitu analisis proximat (Moisture, Ash, Volatile Matter dan Fixed Carbon)
v  Analisi ultimate (karbon, hydrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen) dan penentuan unsur-unsur tertentu dalam batubara.
v  Penentuan-penentuan khusus (calorific value, hardgrove grindability index, abrasion index, ash fushion temperature, ash analysis, klor,dsb).


















BAB III
URAIAN TEORI
A.   Tinjauan Umum
1.  Definisi Batubara
Batubara adalah batubara hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung lebih lama. Sifat kimia batubara ditentukan oleh jenis dan jumlah unsur kimia yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Proses perubahan tumbuh-tumbuhan menjadi batubara sangat di pengaruhi oleh : waktu, tekanan, dan bakteri pembusuk.
Batubara (coal) adalah sumber energi fosil yang paling banyak kita miliki di dunia ini. Batubara sendiri merupakan campuran yang sangat kompleks dari zat kimia organik yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai karbon serta sedikit nitrogen dan sulfur. Pada campuran ini juga terdapat kandungan air dan mineral (Anonim1, 2010).
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara (Anonim2, 2009).
Kondisi yang baik pada proses pembentukan batubara adalah lingkungan yang berawa dangkal. Kondisi tersebut terdapat pada cekungan sedimen yang terbentuk sepanjang pantai, daerah delta dan danau. Batubara terbentuk oleh adanya perubahan secara fisik dan kimia yang dipengaruhi oleh bakteri pengurai, tekanan, temperatur, serta waktu (Anonim2, 2009).
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu, adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada zaman Permian, kira-kira 270 juta tahun lalu, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke zaman tersier (70 - 13 juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain (Anonim2, 2009).

Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignit (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat). Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap  menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit (Anonim2, 2009).
Tingkat perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak (Anonim3, 2010).
Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak. Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang (Putrago, 2009).

Beberapa teori tentang definisi batubara yaitu :
a)         Thiese (1974)
Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri dari bermacam-macam unsur yang mewakili beberapa komponen kimia. Batubara ini terbentuk dari sisa-sisa tanaman.
b.    Spaceman (1958)
Batubara adalah suatu benda karbon berkomposisi maceral.
Proses pembentukan batubara ini diawali dari :
Peat → lignite → subbitumine → bitumine → antrasit
c.     The Internasional Hand Book Of Coal Petrography
Batubara adalah batuan sediment yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan diikuti oleh proses kompaksi.

2.  Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, proses perubahan sebagai akibat dari bermacam-macam pengaruh kimia dan fisika.
Pembentukan batubara dari sisa-sisa tumbuhan menjadi gambut kemudian batubara mudah sampai batubara tua terjadi dalam dua tahap yaitu tahap biokimia dan tahap kimia fisika.
a.     Proses biokimia
Proses degradasi boikimia banyak berperan, bila tanaman terakumulasi dalam lingkungan rawa atau payau tanaman tersebut akan menjadi jenuh air. Proses pembusukan akan terjadi oleh kerja mikroba anaerobic. Mikroba ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan mempunyai kemampuan yang sama terhadap mikroba aerobic.
Aktifitas mikroba yang berupa bakteri dan fungi tersebut pertama-tama menghancurkan bagian yang lunak seperti selulosa, protoplasma dan pati, sedangkan bagian yang lebih keras seperti lilin, damar dan kulit kayu akan tertinggal.
Aktifitas mikroba pada batubara tergantung pada jumlah dan sirkulasi air, temperature, suplay oksigen dan perkembangan racun. Apabila factor tersebut tidak berimbang, maka aktifitas mikroba akan terganggu,keaktifan mikroba berkurang bila air semakin dalam. Bila tanaman tertutupi air dengan cepat maka tanaman akan terhindar dari proses pembusukan, maka disinilah akan terjadi proses desintegrasi atau penguraian oleh mikroba.
b.    Proses kimia fisika
Batubara terbentuk dengan cara kompleks dan memerlukan waktu yang sangat lama, di bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi.
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah tingkat penimbunan atau penguburan, dalam tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan tetapi didominasi oleh proses dynamo kimia atau kimia fisika. Proses inilah yang menyebabkan perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai tingkatan. Selama proses ini, terjadi penguraian air lembab. Oksigen dan zat terbang dan bertambahnya persentase karbon padat, belerang dan kandungan abunya.
Pembentukan batubara merupakan proses yang sangat kompleks, terdapat serangkaian factor yang diperlukan batubara yaitu:

1)      Posisi Geotektonik
Posisi geotektonik adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya tektonik lempeng dalam pembetukan cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan factor yang dominan.
2)      Potofografi (morfologi)
Morfologi dari cekungan tercelup pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.Tofografi mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keadaannya tergantung pada posisi geotektonik.
a)      Iklim
kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan factor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Iklim bergantung pada posisi geografis dan lebih luas lagi di pengaruhi oleh posisi geotektonik.
b)      Penurunan
penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya tektonik, jika penurunan dan pengendapan gambut yang seimbang akan menghasilkan batubara yang tebal.
c)    Unsur geologi
proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organic. Makin tua umur batuan makin dalam pula penimbunan yang terjadi sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi.
d) Tumbuhan
flora merupakan unsur yang utama pembentukan batubara. Pembentukan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan tofografi tertentu. Flora merupakan factor penentu terbentuknya berbagai tipe batubara.

e) Dekomposisi
dekomposisi flora yang merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organic merupakan titik awal untuk seluruh alterasi.
f) Sejarah sesudah pengendapan
sejarah cekungan batubara secara luas tergantung pada posisi geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara.
g) Struktur cekungan batubara
terbentuknya cekungan pada batubara umumnya mengalami deformasi oleh gaya tektonik yang akan menghasilkan lapisan batubara dalam bentuk-bentuk tertentu.
h) Metamorfosa organic
perubahan mutu batubara diakibatkan oleh factor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sediment penutup yang sangat tebal. Hal ini menyebabkan bertambahnya percepatan proses metamorfosa organic akan dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuaib dengan perubahan sifat kimia, fisika dan optiknya.
Proses pembentukan batubara yang dibantu oleh factor fisika dan kimia akan mengubah selulosa menjadi lignite, subbitumine, butimine, dan antrasit.



Reaksi pembentukan batubara
5C6H10O5              C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
sellulosa                lignit            gas metan
5C6H10O5                  C20H22O4   +  3CH4   +  8H2O  +  6CO2  +  CO
sellulosa             butumine         gas metan

3. Komponen – Komponen dalam Batubara
Didalam analisa batubara terdapat beberapa komponen yaitu :
a. Air
Air didalam batubara dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas dan air lembab. Air lembab dalam batubara sangat dipengaruhi oleh keadaan linkungan dimana batubara itu berada demikian juga air lembab sangat bervariasi yang merupakan karakteristik dari batubara tersebut.
b. Karbon, Hydrogen, dan Oksigen.
Ketiga unsur ini merupakan unsur pokok pembentuk batubara dan merupakan komponen paling dominan.

c. Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%. Nitrogen dalam batubara terdapat sebagai senyawa organic yang terikat pada ikatan karbon dalam batubara, oleh karena itu dalam penentuan kadar nitrogen ini harus dilakukan destruksi sample batubara.

d. Sulfur
Bentuk sulfur dalam batubara umumnya terdapat dalam tiga bentuk yaitu sulphur organic, sulphate sulphur, pyritik sulphur.
e. Abu (Mineral)
Abu dalam batubara merupakan senyawa-senyawa oksida dari Ca, Al, Fe dan Ti, Mn, Mg, Na, K dalam bentuk silikat, oksida sulfat, sulfide dan phosphate, sedangkan unsur-unsur As, Ni, Cu, Pb, dan Zn terdapat dalam jumlah yang sangat penting dalam analisis terhadap batubara dengan tujuan untuk mengetahui jenis serta kualitas batubara tersebut.

4. Jenis – Jenis Batubara
a.       Gambut (peat)
Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat asal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
b.      Lignit (Batubara Coklat, “Brown Coal”)
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah.

c.       Sub-Bituminous (Bitumen Menengah)
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Ciri lain adalah sisa bagian tumbuh-tumbuhan tinggal sedikit dan berlapis. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur rendah. Nilai kalori 3000- 6300 kal/gram.
d.       Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan jenis industri kecil. Nilai kalori antara 6300 – 7300 kal/gram.

Batubara sediment adalah batubara yang terdiri dari maceral-maceral, mineral, dan zat-zat organic. Mineral dalam batuan sediment anorganik dapat dipandang serta dengan maceral, tetapi bedanya adalah maceral menunjukkan modifikasi struktur dan susunan kimia yang bertahap selama proses pembentukan batubara.
Maceral di bagi menjadi tiga golongan utama yaitu :
a. Vitrinit
Vitrinit merupakan maceral terbanyak merupakan maceral yang reaktif. Umumnya berasal dari kayu dan merupakan konstituen utama dari batubara yang keras, tenang dan lebih berkilau. Vitrinit menjadi lunak dan elastic, membentuk suatu kokas meleleh karena itulah vitrinit merupakan komponen yang sangat penting bagi batubara kokas.
b. Inertinit
Berasal dari jaringan kayu dan tanaman yang lunak merupakan maceral yang tidak reaktif, walaupun ada sebagian yang reaktif. Intertinit telah banyak berubah dari bahan asalnya, ini disebabkan karena adanya oksigen yang banyak selama berlangsungnya proses pembentukan batubara.
c. Exinit
Exinit merupakan golongan maceral yang sedikit jumlahnya. Exinit berasal dari spora tanaman, biji tepung sari, perekat berlemak dari daun dan resin. Exinit relative banyak mengandung hydrogen dan pada pemanasan akan menghasilkan gas.

5. Sifat – Sifat Batubara
Sifat-sifat batubara digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu sifat fisika dan sifat kimia :
1)      Sifat fisika
Sifat fisika dari batubara tergantung pada susunan kimia yang membentuknya. Sifat-sifat dari batubara saling berkaitan. Sifat-sifat fisika tersebut meliputi :
a. Berat jenis
Berat jenis batubara berkisar 1,25 g/cm3, pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubara. Tetapi berat jenis batubara dari batubara jenis lignite (1,5 g/cm3)sampai batubara jenis bitumine (1,25 g/cm3)kemudian naik pada batubara jenis antrasit (1,5 g/cm3).
b. Kekerasan
Kekerasan batubara tergantung pada struktur batubara yang ada. Keras atau lemahnya batubara juga tergantung pada komposisi dan jenis dari batubara tersebut.
c. Warna
Warna batubara bervariasi dari coklat dari pada lignite menjadi hitam sampai hitam logam pada antrasit. Hampir seluruh batubara jenis bitumine merupakan perselingan antara batubara berwarna terang dan kusam.
e.    Goresan
Goresan batubara berkisar antara terang sampai coklat tua. Lignite mempunyai goresan hitam keabu-abuan dan batubara jenis bitumine mempunyai warna goresan hitam.


e. Serpihan
Serpihan batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dari sifat memecahkan. Hal ini memperlihatkan sifat dan mutu dari suatu batubara. Batubara dengan zat terbang tinggi cenderung membentuk serpihan dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
2)    Sifat kimia
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan peningkatan derajat batubara tersebut baik senyawa organic maupun senyawa anorganik. Sifat kimia dari batubara meliputi :
a. Karbon
Bentuk atom karbon murni dalam alam dapat berupa intan, grafit, dan amorf. Bentuk karbon amorf diperoleh dari minyak gas alam atau bahan bakar minyak bumi lain yang terbakar dalam udara terbatas. Karbon yang terdapat dalam suatu batubara bertambah sesuai dengan peningkatan derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai dengan naiknya derajat batubara dan kira-kira 60% sampai 100%.Persentasinya akan lebih kecil pada lignite dan akan menjadi besar pada antrasit dan hamper 100% dalam grafit. Karbon yang terkandung dalam setiap batubara sangat penting peranannya sebagai penyebab energy kalor.
b. Hydrogen
Hydrogen yang terdapat dalam batubara berupa kombinasi alifatik dan aromatic dan berangsur habis akibat evolusi tanaman. Kandungan hydrogen dalam batubara jenis lignite berkisar antara 5% sampai 6% sekitar 4,5% sampai 5,5 % dalam batubara jenis bitumine dan sekitar 3% sampai 3,5% dalam batubara jenis antrasit.
c. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara berupa ikatan atau kelompok hidroksil, karboksil, metoksil dan karbonil yang tidak reaktif. Kandungan oksigen dalam batubara jenis lignite berkisar 20% atau lebih, dalam batubara bitumine berkisar antara 4% sampai 10% dan 1,5% sampai 2% dalam batubara jenis antrasit.
d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organic. Nitrogen terbentuk hampir seluruhnya dari protein tanaman asalnya,jumlahnya sekitar 0,5 % sampai 3%. Batubara bitumine biasanya mengandung Nitrogen lebih banyak dari pada batubara jenis lignite dan antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat sebagian sulfit besi yang sering disebut sebagai senyawa pyritic sulphur. Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah kecil dan kemungkinan berasal dari protein tanaman pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Kemudian sulfur dalam batubara biasanya lebih kecil 4% tetapi dalam beberapa hal mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi. Kehadiran sulfur dapat membahayakan dalam proses pembakaran karena dapat mengakibatkan polusi.

6. Kegunaan Batubara
Kegunaan batu bara dapat di kelompokan dalam tiga kelompok yaitu:
a. Sebagai bahan bakar langsung
Batubara dapat digunakan secara langsung dalam bentuk padatan tanpa melalui pengolahan, misalnya digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap, pabrik semen dan pada industry-industri kecil.
b. sebagai bahan bakar tak langsung
sebelum digunakan sebagai sumber energy, batubara terlebih dahulu diproses menjadi bentuk lain. Proses tersebut antara lain :
1.         Pencairan : proses ini menghasilkan bahan bakar minyak
2.         Gasifikasi : proses ini menghasilkan bahan bakar gas
3.         Karbonisasi : hasil utama dari proses ini berupa kokas atau semi kokas yang digunakan dalam bentuk bongkahan/briket yang digunakan sebagai bahan bakar industry dan rumah tangga
4.         Suspensi : proses ini diperoleh coal water fuel yang mempunyai sifat mirip dengan bahan bakar minyak
c. bukan sebagai bahan bakar
pemanfaatan batubara pada berbagai jenis industry yang penggunaanya bukan sebagai bahan bakar misalnya ; bahan bakar industry petrokimia, reduktor, karbon aktif, elektroda dan lain-lain.
7.   Kelas Sumber Daya
A. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau. Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan cadangan batubara yang diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di klasifikasikan kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources) (Sukandarrumidi, 2006).
B.     Sumber Daya Batubara Tereka (Inferred Coal Resource)
         Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi. Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih (Sukandarrumidi, 2006).
C.     Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub-bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm (Sukandarrumidi, 2006).
D.    Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
         Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm (Sukandarrumidi, 2006).
8.      Proses Pembentukan Batubara
A. Prinsip Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi balik secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini selalu membentuk lapisan yang horisontal.
B. Skala Waktu Geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan selama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara yang mencakup proses :
1.      Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
2.      Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3.      Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), dan metana (CH4).
4.      Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami lipatan dan patahan. Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5.      Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan kemudian dierosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini (Anonim2, 2009).

B.   TINJAUAN KHUSUS
1.    Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sebagian populasi dari seluruh populasi yang akan diperiksa kualitasnya. Bagian populasi yang terambil disebut contoh. Tujuan sampling adalah mendapatkan contoh yang selain kualitasnya bisa mewakili seluruh populasi, jumlahnya juga masih relative masih bisa ditangani. Faktor utama yang menentukan tingkat kualitas suatu sampling adalah variabilitas komponen-komponen pembentuk populasi.
Metode sampling yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a.         International Standard Organization (ISO)
b.         British Standard (BS)
c.         American Society For Testing and Material (ASTM)
d.        Australian Standard (AS)
Proses pengambilan contoh dari batubara dapat dilakukan dengan truck, astrockpile, atau pada waktu pengapalan meliputi pengambilan sejumlah increment yang merupakan gabungan dari gross sampel. Gross sampel kemudian dicrushing dan dilakukan preparasi contoh sampai dapat dilakukan analisa.

2. Preparasi
Preparasi suatu contoh adalah pengurangan massa dan ukuran yang cocok untuk analisa di laboratorium. Preparasi contoh untuk penentuan kadar air dan general analysis. Biasanya mencakup pembagian dan pengurangan.
a.    Pengeringan udara
Pengeringan udara dapat dihitung dari hilang masa setelah pengeringan udara. Pengeringan udara pada gross sampel dilakukan jika contoh tersebut terlalu basah untuk diproses tanpa menghilangkan air atau yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada crusher atau mill.
b.    Pengecilan ukuran butir
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengecilan ukuran atas contoh tanpa menyebabkan perubahan apapun terhadap massa contoh. Contoh alat mekanis yang digunakan untuk pengecilan ukuran sampel adalah jaw crusher, roll crusher, Raymond mill.
Jawcrusher atau roll crusher digunakan untuk mengurangi ukuran diatas 5 mm, 11.2 mm, 2.33 mm. Raymond mill digunakan untuk menghancurkan contoh sampai 0.212 mm yang dilakukan untuk contoh general analysis.
c.    Pencampuran dan Pembagian
Pada tiap tahap preparasi contoh untuk mengetahui homogenitasnya contoh dapat dicampur secara manual dengan menggunakan reffle atau dengan membentuk timbunan berbentuk kerucut dan dapat pula dicampur secara mekanis dengan menggunakan rotary sample divider sebanyak tiga kali. Sedangkan untuk pembagian contoh dapat dilakukan dengan 2/8,4/8 dan sebagainya.
C.  Parameter Analisa Batubara
1. Analisa Proximate
Proximate adalah rangkaian analisa awal dalam pengujian suatu contoh batubara. Analisa proximate adalah pengujian batubara yang terdiri dari kandungan air ((Moisture in Analysis), zat terbang (Volatile Matter), kandungan mineral (Ash Content) dan Fixed Carbon.
a.    Kandungan Air (Moisture in Analysis)
Moisture in Analysis adalah moisture yang dianggap terdapat dalam rongga- rongga kapiler dan pori-pori batubara yang relative kecil, yang mana pada kedalaman aslinya secara teori bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang tingkat kelembaban yang 100% serta pada suhu 30oC, karena sulitnya mengemulsi kondisi batubara pada kedalaman aslinya, maka badan standarisasi menetapkan kondisi batubara pada kedalaman aslinya, maka badan standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.
Standar internasional (ISO), British (BS), Australia (AS) dan Amerika (ASTM) menetapkan bahwa kondisi pendekatan yang dipergunakan tersebut adalah kondisi dengan tingkat kelembaban antar 96% sampai 97% dengan suhu 300C.
Banyaknya kandungan moisture in Analysis dikenal pula istilah lain dari moisture in Analysis dalam suatu batubara dapat dipergunakan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya tingkat rank batubara tersebut.
Selain istilah moisture in Analysis dikenal pula istilah lain dari moisture in Analysis yaitu Bed Moisture yang banyak dipakai, sedangkan Moisture Holding Capacity (MHC) adalah istilah yang digunakan oleh International Standard Organization (ISO), British Standard (BS) dan sedangkan Amarican Society For Testing and Materials (ASTM) mempergunakan istilah Equilibrium Moisture.
MHC dan Equilibrium Moisture adalah istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.
b.    Zat Terbang (Volatile Matter)
volatile Matter (VM) adalah banyaknya zat yang hilang bila sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi dengan kadar moisture). Suhunya adalah 9000C, dan waktunya 7 menit tepat. Moisture berpengaruh pada hasil penentuan VM sehingga sampel yang dikeringkan dengan oven  akan memberikan hasil yang berbeda dengan sampel yang dikeringkan di udara. Factor-faktor yang mempengaruhi hasil penentuan VM ialah suhu, waktu, kecepatan, pemanasan, penyebaran butir (size distibition) dan ukuran partikelnya.
c.    Kandungan Mineralnya (Ash Content)
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai 80 persen dan abu dasar sebanyak 20 persen. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu,tetapi mengandung zat organic yang berupa mineral.
Abu merupakan residu anorganik hasil pembakaran batubara , terdiri dari oksida-oksida logam seperti Fe2O3,MgO, Na2O, K2O, dan sebagainya.Dan juga mengandung logam oksida-oksida non logam seperti SiO2,P2O5, dan lain-lain.
Pembakaran batubara pada metode British Standar (BS), dan Australian Standar (AS) dilakukan pada suhu 8150C dan dilakukan selama tiga jam dan dianggap konstan. Pada metode ISO, pembakaran batubara dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama, pembakaran dilakukan mulai suhu ruangan sampai pada suhu 5000C selama 1 jam, ditahan selama 30 menit (untuk brown coal dan lignite harus ditahan selama 1 jam)kemudian dilanjutkan sampai 8150C ± 100C.
Pada metode ASTM, umumnya dilakukan pada suhu 7500C selama 4 jam, namun pada batubara tertentu lama pembakaran bias berkurang maupun bertambah tergantung dari jenis batubara yang dianalisa.
Nilai kandungan abu suatu batubara selalu lebih kecil dari pada kandungan mineral-mineralnya. Hal ini terjadi karena selama pembakaran terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut, seperti menguapnya air Kristal karbon dioksida dan oksida sulfur.

d.   Fixed Carbon
fixed carbon tidak dapat dihitung melalui pengujian secara laboratorium, melainkan hasilnya didapatkan dari hasil perhitungan jenis analisa proximate lainnya adalah pengurangan dari kadar abu, kadar air dan kadar zat terbang.

3.    Total Sulphur
Dalam batubara, sulfur terdapat dari mineral carbonaceous atau berupa bagian dari mineral-mineral seperti sulfat dan sulfide. Gas sulfur dioksida (SO2) yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang dapat mengganggu ekosistem di bumi. Kandungan sulfur dalam coking coal tidak diinginkan karena akan berakumulasi di dalam cairan panas sehingga memerlukan proses desulphurisasi.
Dalam batubara sulfur terdapat dalam 3 bagian. Bagian-bagian tersebut adalah :
a.    Sulphate sulphur
b.    Pyritic sulphur
c.    Organic sulphur
Sulfur dalam batubara dapat ditetapkan dengan cara High Temperature Method (HTM)yang dapat menghitung kandungan sulphur secara keseluruhan sedangkan untuk bagian-bagian sulphur dapat ditetapkan dengan cara pengujian lanjutan yaitu dengan metode Forms of Sulphur (FOS). Kandungan sulfur dalam batubara adalah factor yang sangat penting didalam mengkalkulasi nilai energy kalor bersih dari energy kalor yang kotor.



















BAB IV
METODE ANALISA

Dalam pengujian batubara di PT.GEOSERVICES  menggunakan metode yang telah dipatenkan secara internasional dan digunakan diseluruh dunia. Metode tersebut antara lain Internasional Standard Organization (ISO),American Society For Testing and Materials (ASTM),British Standard (BS) dan Australian Standard (AS).
Tetapi pada umumnya pada pengerjaannya di laboratorium metode yang sering digunakan adalah Internasional Standard Organization (ISO) dan Amarican Society For Testing and Materials (ASTM), ini dimungkinkan karena berdasarkan karena permintaan konsumen yang menggunakan jasa PT.GEOSERVICES .
A.  Proximate
1.    Kadar Air (Moisture in Analysis)
Ø Metode : ISO 1172(1999) ; ASTM D3 173 – 2008
Ø Tujuan :
Untuk mengetahui kadar air dalam suatu batubara.
Ø Dasar prinsip :
Sejumlah berat tertentu contoh dipanaskan pada suhu 105 – 1100C sampai didapat berat konstan dalam oven bebas oksigen dengan pengaliran gas nitrogen. Kadar air dihitung dari berat yang hilang setelah dipanaskan.
Ø Reaksi :
C240H90O4NS.xH2O ® C240H90O4NS + xH2O


Ø Alat dan Bahan :
1)   Aluminium tray
2)   Contoh batubara 1 gram
3)   Eksikator
4)   Gas nitrogen
5)   Neraca analytic
6)   Oven
7)   Petridish
8)   spatula
Ø Cara kerja :
1)   Menaikkan suhu oven 105 – 1100C
2)   Mengalirkan gas nitrogen sebanyak 400-500 cc / menit.
3)   Mencatat nomor pekerjaan,nomor contoh dan nomor petridish.
4)   Menimbang petridish kosong + tutupnya.
5)   Menimbang batubara 1 gram ke dalam petridish lalu diletakkan pada tray.
6)   Memasukkan tray serta petridish yang berisi contoh ke dalam oven dan letakkan tutup petridish diatas oven sesuai dengan susunan pada tray.
7)   memanaskan selama 3 jam (ISO/BS) dan 1,5 jam (ASTM).
8)   mengeluarkan tray beserta contoh dan tutup kembali dengan penutup yang sesuai.
9)   Tray beserta contoh didinginkan dalam eksikator selama ± 10 menit.
10)         Petridish beserta contoh ditimbang dan di catat hasilnya.

Ø Perhitungan :

Kadar Moisture in Analysis :  w2 – w3 x 100 %
                                                          w2 – w1

Keterangan ;
W1 = Bobot petridish kosong
W2 = Bobot petridish kosong + contoh sebelum pemanasan
W3 = Bobot petridish kosong + contoh setelah pemanasan

2.    Kadar Abu (Ash Content)
Ø Metode : ISO 1172 (1997); ASTM D3 174 – 2004
Ø Tujuan :
Untuk mengetahui kadar abu dalam suatu batubara.
Ø Dasar prinsip :
Sejumlah berat tertentu contoh dipanaskan secara bertahap sampai mencapai temperature 8150C dalam waktu tertentu sampai didapat berat yang konstan. Kadar abu dapat di hitung dari berat residu setelah pemanasan

Ø Reaksi
Batubara
 
                           Mineral + H2O + CO2 +SO2 + Nox



Ø Alat dan Bahan :
1)   Muffle Furnace
2)   Dish Ash
3)   Aluminium Tray
4)   Neraca analitik
5)   Contoh batu bara
Ø Cara Kerja :
1)       Mencatat nomor contoh,nomor pakerjaan dan nomor cawan.
2)      menimbang cawan kosong beserta tutupnya.
3)      Menimbang dan tebarkan secar merata 1 garm contoh batubara kedalam cawan.
4)      Memasukkan cawan yang telah berisi contoh kedalam Furnace dan tutup dibiarkan diluar.
5)      memijarkan selama 3 jam pada suhu 815°C untuk metode ISO dan 4 jam pada suhu 750°C untuk metode ASTM.
6)      Mengeluarkan cawan dan tutup kembali dengan penutup yang sesuai.
7)      Didinginkan diatas tray selama 15 menit.
8)      Menimbang cawan yang berisi residu dan tutupnya
9)      Membersihkan abunya dari cawan dan timbang cawan kosong kembali dan tutup yang sesuai.

Ø
% Ash Content
 
Perhitungan
                                               
                  Keterangan :
                                    A = Bobot cawan kosong + tutup
                                    B = Bobot cawan kosong + tutup + contoh
                                    C = Bobot cawan + residu 
                                    D = Bobot cawan + tutup setelah pemijaran
3.    Kadar Zat terbang (Volatile Metter )
Ø Metode : ISO 562 (1998) ; ASTM D3 175-2007
Ø Tujuan :
Untuk mengetahui kadar zat terbang dalam suatu batubara
Ø Dasar prinsip :
Sejumlah berat tertentu sampel dipijarkan pada suhu 900-950°C tanpa kontak dengan udara dalam waktu tertentu. Zat terbang dihitung dari komponen yang hilang dikurangi kadar airnya.
Ø Reaksi :
Batubara
 
                                            Mineral +H2O + CO2 + SO2+NOx

Ø Alat dan Bahan :
1)   Neraca analitik
2)   Cawan silica + tutup
3)   Furnace
4)   Desikator
5)   Stopwatch
Ø Cara kerja :
1.    Mencatat nomor contoh,nomor pekerjaan dan nomor cawan
2.    Menimbang cawan kosong beserta tutupnya
3.    Menimbang dan tebarkan secara merata 1 gram contoh batubara          kedalam cawan Silika beserta tutupnya
4.    Memasukkan kedalam furnaceselama  7 menit
5.    Mengeluarkan cawan dan didinginkan diatas Tray selama 7 menit
6.    Menimbang cawan yang berisi residu dan tutupnya
Ø Perhitungan :
             % bobot yang hilang
 
                                        
                      
% Volatile matter = % bobot yang hilang -% Inherent Moisture
Keterangan :
                 M1 = Bobot cawan kosong+ tutup
                 M2 = Bobot cawan + tutup + contoh sebelum pemijaran
                 M3 = Bobot cawan + tutup + contoh setelah pemijaran                                                                                                                                                                                                                                                                            





B.  Kadar Total Sulfur
Ø Metode : ISO 351 (1996) ;ASTM D4239-2008
Ø Tujuan :
 Untuk mengetahui kadar sulfur secara total yang terdapat dalam suatu batubara.
Ø Dasar Prinsip :
Sejumlah contoh batubara dipanaskan diatas tungku pada suhu 1350°C dan dialirkan gas O2 dengan kederasan 1 liter/menit membentuk gas SO2 yang ditampung pada bejana yang berisikan hidrogen peroksida membentuk asam sulfat, asam sulfat dititar dengan natrium tetraborat dengan Double indikator methylene red + methylene blue dari warna ungu berubah menjadi kehijauan.
Ø Reaksi :
S(org) + O2 (g)               SO2 (g)
SO2 (g) + H2O2 (l)             H2SO4 (l)
kehijauan
 
Na2B4O7(l) +H2SO4 + 5H2O            Na2SO4(l) +4H3BO3(l)

Ø Alat dan bahan :
1.    Cawan perahu
2.    Tungku
3.    Neraca
4.    Aquadest
5.    Bejana Penampung
6.    Pipa pembakar
7.    Erlenmeyer
8.    Buret asam
9.    Alumunium oksida
10.     Pompa vakum
11.     Larutan H2O2 3%
       Encerkan larutan H2O2 30% sebanyak 30 ml menjadi 1liter
12.     Larutan Natrium Boraks
Larutkan 19.0685 gram Na2B4O7.10H2O dalam labu ukur 2 liter
13.     Larutan standar asam sulfat 0.025 N
Gunakan pelarut titrasol satu kapsul larutan dengan konsentrasi 0.10 N asam sulfat.Encerkan sampai 2 liter dalam labu ukur.
14.     Oksigen Murni 99.5 %
15.     Contoh batubara
Ø Cara Kerja :
1.    Memanaskan tungku pada suhu 1350oC,pompa vakum dihidupkan dan dijaga tekanannya.
2.    Menimbang contoh batubara sebanyak 0.5 gram, kedalam cawan perahu yang telah ditaburi alumunium oksida, dan tutup kembali dengan alumunium oksida.
3.    100 ml larutan hydrogen peroksida yang telah di encerkan (30ml H2O2 ke dalam 1 liter aquadest) diisikan ke dalam tabung penyerap dan dihubungkan dengan pipa yang ada pada tungku.
4.    Mengalirkan gas oksigen kedalam tungku dengan kederasan 1 liter/menit.
5.    Memasukkan cawan yang berisi contoh kedalam pipa pembakar dan tutup kembali dengan penyumbat.
6.    Mendorong pipa setiap divisi per menit setelah 2 menit.
7.    Apabila cawan telah berada di tengah tungku (pada menit kesembilan) biarkan selama 5 menit dan pada menit keempat belas keluarkan cawan dan lepaskan bejana penampung.
8.    Memindahkan larutan yang ada di bejana kedalam erlenmeyer dan bilas sebanyak 3 kali.
9.    Menambahkan double indikator methylene red+ methylene blue dan titar dengan natrium tetra borat sampai terjadi perubahan warna dari ungu ke hijau.
10.          Melakukan pengerjaan blanko.

Ø Perhitungan :

                             
                             



BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Analisa
Kadar (%)
Hasil
Kadar air (Moisture in Analysis)
4,76 %
Abu (Ash Content)
12,03%
Zat Terbang (Volatile Matter)
41,76%
Total Sulfur
1,32%

B.  PEMBAHASAN
1.    Analisa Proximate
a.    Penetapan kadar air lembab (Moisture in Analysis)
Pada penentuan kadar air lembab, contoh batubara dipanaskan selama 3 jam pada suhu 100 – 105 °C.Untuk mencegah terjadinya oksidasi pada batubara, kedalam oven dialirkan gas nitrogen bukan gas oksigen karena pada pemanasan C dan H sebagai komponen utama dalam batubara akan teroksidasi oleh O2 , sehingga pengurangan berat contoh sebelum dan sesudah pemanasan akan lebih besar dari yang sebenarnya, dan kadar air lembab yang didapat tidak kuantitatif lagi.
Hubungan kadar air dengan peringkat batubara adalah pada umumnya semakin tua semakin kecil kadar airnya.Contoh gambut mempunyai kadar air 80 – 90 % sedangkan bituminous mempunyai kadar air 45 %.
b.    Penetapan Kadar Abu ( Ash Content )
Batubara yang kadar abunya tinggi akan memiliki nilai kalori yang kecil. Hal ini dikarenakan kecilnya fixed carbon (karbon padat) yang berpengaruhi terhadap besarnya pembentukan energi pada proses pembakaran batubara.
Pada prinsipnya kadar abu ditentukan berdasarkan selisih berat batubara sebelum dan sesudah pemanasan temperatur 815°C sealam 3 jam.
Pada kondisi tersebut diatas semua zat organik teroksidasi menjadi CO2 dan H2O, sedangkan zat anorganiknya menjadi oksidasinya.
Disebut abu dan berat oksidasi anorganik disebut pula berat abu maka kadar abu dapat diperoleh dari berat abu tersebut, biasanya abu batubara ini dapat pula digunakan untuk analisa komposisi batubara yang dinamakan “ASH ANALYSIS”.Penentuan kadar abu sangat diperlukan dalam analisis batubara yaitu untuk mengetahui kualitas dan jenis batubara. Abu batubara biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pencampuran pada pembuatan semen.




c.    Penetapan Kadar zat terbang (Volatile Matter)
Kadar volatile matter yang dilakukan adalah berdasarkan standar ISO yaitu penetapan zat terbang dengan cara pemanasan pada temperatur 900°C selama 7 menit tepat.Pada penetapan ini ditentukan banyaknya zat yang menguap pada pemanasan dengan temperatur dan waktu seperti diatas.Zat- zat terbang yang dimaksud biasanya hidrokarbon yang jumlah atom C- nya rendah, misalnya CH4 perlu diperhatikan bahwa air tidak termasuk zat terbang.Kadar volatile matter suatu batubara perlu diketahui terutama untuk penambangan bawah tanah karena jika kadar volatile matter tinggi maka akan terjadi ledakan yang sangat membahayakan jiwa manusia.
d.   Penetapan Kadar Karbon Padat ( Fixed Carbon )
Kadar Fixed Carbon tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi didapat dari hasil perhitungan secara tidak langsung yaitu :
100 % - (% Ash - % Moisture - % Volatile Matter )
Analisis proximate secara keseluruhan sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan dari suatu analisis batubara karena merupakan dasar penentuan kulitas batubara dalam suatu industri. Fixed Carbon merupakan komponen utama dalam pembentukan batubara dan apabila ada pembakaran akan menghasilkan kalor disebabkan terjadinya pemutusan ikatan – ikatan karbon.



2.    Analisis Total Sulfur
Total sulfur yang mewakili keselurahan yang ada dalam batubara dianalisa dengan High Temperature Method (HTM) contoh dibakar pada suhu 1350°C.Belerang yang melepas sebagai sulfur dioksida diabsorpsi dengan perhidrol lalu sulfat yang terbentuk dihitung secara titrimetri yaitu penitaran dengan larutan penitar natrium tetraborat.
















BAB VI
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari hasil analisa dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa:
1)      Batubara adalah batuan atau mineral yang secara kimia dan fisika adalah heterogen yang mengandung unsur –unsur karbon,Hidrogen,Oksigen sebagai unsur utama serta belerang dan Nitrogen sebagai unsur tambahan.
2)      Komponen lain adalah senyawa anorganik pembentuk abu tersebut sebagai partikel zat yang terpisah – pisah dalam batubara.
3)      Fixed Carbon tidak dapat di analisis secara langsung tetapi dapat di hitung seperti di bawah ini:
% fixed Carbon = 100 % - ( % Ash - % moisture - % Volatile Matter )
B.     SARAN
1)      Agar di tahun mendatang pihak sekolah dapat menjalin kerjasama yang lebih luas lagi,seperti mengadakan kunjungan industri khususnya pada dunia pertambangan
2)      Bagi siswa siswi yang akan melakukan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) agar mempersiapkan diri dengan berusaha menguasai pengetahuan tentang parameter analisa yang akan dikerjakan pada saat PRAKERIN
3)      Pihak sekolah lebih menjalin komunikasi dengan pembimbing yang ada di tempat PRAKERIN.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar