KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Bahasa Indonesia ini .
Laporan ini ditulis dengan judul “Penentuan uji angka lempeng total bakteri
dan koliform pada air minum dalam kemasan”., dimana air merupakan suatu
wadah untuk penyebaran wabah penyakit sehingga penulis merasa tertarik untuk
mengambil judul tersebut.
Pada, kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang penulis dapatkan
hingga selesainya laporan ini, kepada :
1.
Bapak Drs. Tamrin, M.Si selaku Kepala Sekolah Menengah
Analis Kimia Makassar.
2.
Bapak Drs. Abd. Rauf, selaku pembimbing dalam
penyusunan laporan ini.
3.
Ayahanda dan Ibunda tercinta serta seluruh keluarga
yang tak henti-hentinya memberikan dukungan baik moral maupun material.
4.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian laporan ini.
Akhirnya,
dengan segala kerendahan hati, laporan ini semoga bermanfaat bagi para
pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan PKL................................................................................. 5
1.3 Pokok-Pokok Masalah.................................................................
6
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN
UMUM......................................................................... 8
2.1
Sejarah Singkat............................................................................ 8
2.2 Kedudukan, Fungsi, dan Peranan................................................ 10
2.3 Fasilitas Pabrik............................................................................. 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 12
3.1
Air................................................................................................
12
3.2
Kualitas Air.................................................................................. 18
BAB IV METODE
ANALISIS...................................................................... 26
4.1 Data Pengamatan......................................................................... 26
4.2 Perhitungan..................................................................................
27
4.3 Pembahasan................................................................................. 28
BAB VI PENUTUP......................................................................................... 29
5.1
Kesimpulan.................................................................................. 29
5.2
Saran............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 31
ABSTRAK
Alat
transportasi (pengangkut) utama di dalam tubuh manusia adalah darah. Darah
selalu beredar di dalam pembuluh darah karena adanya jantung yang terus menerus
memompa.
Darah
adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang sebenarnya
tertutup. Darah terdiri dari elemen-elemen padat (eritrosit, leukosit, dan
trombosit) yang terdapat dalam medium cair (plasma).
Labolatorium
hematology adalah contoh sarana yang dapat menyampaikan beberapa diagnosa suatu
penyakit atau keadaan patologik dalam darah yaitu dengan melihat keadaan
sel-sel darah dari pasien itu sendiri. Ilmu hematology adalah cabang ilmu
patologi yang mempelajari keadaan patologik dari penyakit-penyakit darah,
pemeriksaan-pemeriksaan terhadap darah, immunologi dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan transfuse darah.
Adapun pemeriksaan darah
rutin yang selalu dilakukan di labolatorium hermatologi, dimana pemeriksaan
darah tersebut dilakukan tanpa indikasi khusus. Dalam arti untuk mengetahui
kenormalan konsentrasi sel-sel darah dari pasien.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air
adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini
yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan
terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%.
Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam
tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung
dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri
dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan mencair dapat
digunakan.
Keperluan
sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan.
Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah keperluan
akan air. Menurut Departemen Kesehatan (1994), di Indonesia rata-rata keperluan
air adalah 60 liter per kapita, meliputi : 30 liter untuk keperluan mandi, 15
liter untuk keperluan minum dan sisanya untuk keperluan lainnya. Untuk
negara-negara yang sudah maju, ternyata jumlah tersebut sangat tinggi, seperti
: untuk kota Chicago dan Los Angeles (Amerika Serikat) masing-masing 800 dan 640
liter, kota Paris (Perancis) 480 liter, kota Tokyo (Jepang) 530 liter dan kota
Uppsala (Swedia) 750 liter per kapita per hari. Sejalan dengan kemajuan dan
peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air selalu meningkat untuk
setiap saat. Akibatnya kegiatan untuk pengadaan
sumber-sumber air baru, setiap saat terus dilakukan antara lain dengan:
1)
Mencari sumber-sumber air baru, baik berbentuk air tanah, air sungai, air
danau.
2) Mengolah dan menawarkan air laut.
3)
Mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti
air sungai, air danau.
Masalah pelik
yang harus dihadapi dalam masalah mengolah air adalah karena semakin meningkat dan tingginya pencemaran yang
memasuki badan air. Pencemaran tersebut dapat berasal dari :
1) Sumber domestik,
yang terdiri dari rumah tangga
2) Sumber
non-domestik, yang terdiri dari kegiatan pabrik, industri, pertanian.
Menurut Unus
Suriawiria (1995), perairan alami memang merupakan habitat atau tempat yang
sangat parah terkena pencemaran. Sehingga rumus kimia air : H2O, merupakan
rumus kimia air yang hanya berlaku untuk air bersih seperti akuades, akuademin
dan sebagainya.
Sedang untuk air
alami yang berada di dalam sungai, kolam, danau, laut dan sumber-sumber lainnya
akan menjadi : H2O ditambah dengan :
- Faktor yang bersifat biotik
- Faktor yang bersifat abiotik
- Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari : bakteria,
fungi, mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan ataupun tumbuhan air
lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air
mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga akan mendatangkan kerugian.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum,
air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan
peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat.
Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia
harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di
dalamnya harus sesuai.
Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan.
Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah,
mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari
industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi
rembesan dari tangki septic maupun air permukaan.
Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut
menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai
merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.
Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di
depo-depo itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek.
Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan
depo-depo air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan depo air minum isi ulang
terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum
yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depo air
minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang
dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) atas kualitas depo air minum
isi ulang di Jakarta
(Kompas, 2003) menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah
contoh.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1997/2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada depo air minum menjadi
tugas dan tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan paparan di
atas, maka perlu dilakukan uji bakteriologis pada air minum isi ulang pada depo
yang terdapat di Kota Singaraja Dalam penelitian ini akan dikaji beberapa
permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah terdapat cemaran bakteri koliform dalam air minum isi ulang
pada depo di kota
Singaraja dengan uji penduga ( presumtive test )?
b. Dari manakah didapatkan sumber air baku
yang dipergunakan pada depo air minum isi ulang di kota Singaraja ?
c. Bagaimanakah pemrosesan air minum pada depo air minum isi ulang di kota Singaraja
dilaksanakan ?
1.2 Pokok-Pokok Masalah
1.
Bagaimana menentukan angka Lempeng Total Bakteri pada
Air minum dalam Kemasan (AMDK)
2.
Bagaimana menentukan koliform pada Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK)
1.3 Sistematika Penulisan
Sebagaimana mestinya suatu karya ilmiah,
maka Laporan ini disusun sedemikian rupa sesuai dengan syarat-syarat suatu
karya tulis. Penulis menguraikan materi laporan praktik kerja lapang ini dalam
beberapa bab yang terdiri dari sub bab. Adapun penjelasannya sebagai berikut
BAB I Pendahuluan,
yang berisi pokok-pokok masalah yang dibahas yang terdiri dari : latar
belakang, pokok-pokok masalah, dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan
umum Balai riset dan standarisasi industri dan perdagangan yang meliputi :
sejarah singkat, kedudukan, fungsid peranan, dan fasilitas pabrik.
BAB III Tinjauan
Pustaka yang meliputi : Air, jenis pengolahan air, dan kualitas air.
BAB IV Metode
Analisis yang meliputi : Data pengamatan, perhitungan, dan pembahasan
BAB V Penutup
yang meliputi : kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN
UMUM
1.1 SEJARAH SINGKAT
Balai riset dan standarisasi industri dan perdagangan
yang berkantor di jalan Racing Center, P.O. BOX 1448 didirikan pada tahun 1947
dengan nama labolatorium Voor Scheikunding yang berpusat di Bogr. Balai Riset
dan Standarisasi Industri perdagangan paa saat itu berlokasi di jalan Seram
Ujung Padang.
Pada tahun 1952 labolatorium Voor Scheikunding Onderzoek
Filial Makassar diubah menjadi Balai Penyelidikan Kimia Cabang Makassar. Pada
tahun 1960 pindah tempat dari jalan seram ke jalan W.R. supratman No. 4 Ujung
Pandang.
Dalam tahun 1961 sampai dengan tahun 1968 Balai
Penyelidikan Kimia bernaung di bawah PNPR Nupiksa Yasa suatu Badan Usaha Milik
Negara dan pada tahun 1968 sampai tahun 1975 berada di bawah puslitbang Aneka
Industri dan kerajinan Departemen Perindustrian dan sejak tahun 1979 sampai
sekarang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan
Perdagangan Perindustrian.
Nama badan penelitian kimia diubah menjadi Balai
Penelitian dan Pengembangan Industri dengan surat keputusan menteri perindustrian No.
357/M/S/II/8/1980 tanggal 26 Agustus 1980. selanjutnya Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri disingkat menjadi Balai Industri.
Pada tahun 1985 sebagian seluruh gedung Balai Industri
Ujung Pandang pindah kejalan Racing Center Ujung Pandang.
Pada tahun 1993 seluruh gedung Balai Industri Ujung
Pandang pindah kejalan Racing Center, P.O.BOX 1148, Ujung Pandang 90231, yang
peresmian penggunaanya dialkukan oleh kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri dan Perdagangan. Dan pada tanggal 1 Januario 2002, Balai Industri
Ujung Pandang diganti dengan nama Balai Industri Makassar
yang berada di dalam struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri dan Perdagangan Deperindag.
Balai Industri adalah unit pelaksanaan teknis di bidang
penelitian dan pengembangan Industri dalam lingkungan Departemen Perindustrian
dan Perdagangan yang berada di Bawah dan bertaggung jawab kepada Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan (BPPIP).
Kemudian pada tanggal 29 November 2002, berdasarkan
kepuusan menteri perindustrian dan perdagangan Nomor : 784/MPP/Kep/ II/ 2002,
balai penelitian pengembangan industri dan perdagangan Deperindag, diubah
menjadi Balai risey dan standarisasi Industri dan Perdagangan Deperindag
(BARISTAND INDAG).
1.2 KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN PERANAN
Balai Industri Makassar adalah perusahaan yang
sebelumnya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2001 mulai go publis dengan menawarkan sahamnya kepada khalayak umum dalam
rangka program pemerintah untuk mengadakan privatisasi beberapa BUMN di
Indonesia. Selain tetap memproduksi obat-obat esensial dan obat generic
berlogo, Balai Industri Makassar telah mengembangkan produk-produk merek
dagang, khususnya –yang kini menjadi andalan Balai Industri Makassar –adalah
produk obat tradisional (herbal medicine).
Balai Industri Makassar memilik fungsi sebagai berikut:
- Menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang farmasi dalam arti seluas-luasnya terutama dalam pengadaan produk farmasi yang diperlukan oleh sarana kesehatan baik di pusat maupun di daerah, yaitu unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun masyarakat umum.
- Mendapatkan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan untuk disumbangkan bagi pembangunan nasional, sesuai dengan kemampuan perusahaan.
- Memperluas pemerataan penyediaan obat khususnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
- Mencakup kebutuhan obat yang dibutuhkan bagi Puskesma dan Rumah Sakit pemerintah, serta penyediaan obat di desa guna Pos Yandu.
- Sebagai price leader terhadap obat-obat yang beredar di masyarakat melalui program obat generic berlogo.
- Meningkatkan penerapan CPOB sebagaimana direkomendasikan oleh WHO, sehinghga hasil produksi berstandar Internasiona.
Balai
Industri Makassar memiliki kapasitas produksi yang sangat besar untuk
menghasilkan obat-obatan esensial namun berarti tidak mengesampingkan masalah
mutu. Obat yang diproduksi dibangun mutunya dengan perencanaan dan pengawasan
secara ketat, tanpa membedakan untuk jenis obat produk tersebut ditujukan.
Balai
Industri Makassar memiliki peran pendidikan dengan memberi kesempatan kepada
para tenaga farmasi/ analis, baik tingkat sekolah menengah maupun perguruan
tinggi untuk melakukan praktek kerja lapang. Dalam hal ini Balai Industri
Makassar turut berperan dalam mengmbangkan SDM di bidang farmasi, yang juga
merupakan salah satu misi dari Balai Industri Makassar.
1.3 FASILITAS PABRIK
Balai
Industri Makassar (PERSERO) Tbk dalam proses produksinya dilengkapi dengan
fasilitas pabrik yang mendukung kemampuan pabrik untuk menerapkan CPOB. Luas
pabrik keseluruhan 200.000 m2 dan luas bangunan keseluruhan 29.010 m2.
Perincian bangunan pabrik dan luas bangunan dapat dilihat pada table berikut:
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
1. AIR
1.1 Kelompok
Kehidupan Di Dalam air
Faktor-faktor biotik yang terdapat didalam air terdiri dari bakteria,
fungi,mikroalgae, protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air
lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba.
Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat merugikan.
1)
Menguntungkan
a. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan
utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan
tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-jenis mikroalgae misalnya: Chlorella,
Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria.
b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai
jasad ”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau
merombak senyawa yang berada dalam badan
air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air
secara biologis
c. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di
dalam air, kegiatan fotosintesis akan penambah
jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.
d. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad
pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad
pemakai kemungkinan besar akumulasi hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap
jasad lain, khususnnya ikan.
2) Merugikan
a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba
penyebab penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit
tifus/paratifus, Shigella penyebab penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab
penyakit kolera, Entamoeba penyebab disentriamuba.
b. Di dalam air juga
ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya
: Pseudomonas, Salmonella, taphyloccus,
serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystisc. Sering didapatkan warna air bila disimpan
cepat berubah, padahal air tersebut berasal dari air pompa, missal di daerah permukiman
baru yang tadinya persawahan. Ini disebabkan
oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi
ferri.
d. Di permukiman baru
yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya
bakteri belerang misal Thiobacillus yang
mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
e. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna
hijau, biru-hijau atau warna- sarna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki
oleh mikroalgae. Bahkan suatu roses yang sering terjadi pada danau atau kolam
yang besar yang seluruh permukaan airnya
ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis
mikroalgae yang berperan didalamnya
adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa.
Dalam keadaan blooming sering terjadi kasus-kasus :
- Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis
mikroalgae tersebut dapat menghasilkan
toksin yang dapat meracuni ikan.
- Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe atau
S), karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan
pula bakteri Fe atau S penghasil asam
yang korosif. Ada
pernyataan bahwa air jernih belum tentu bersih.
Ini dihubungkan dengan keadaan bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur, ternyata sudah mengandung mikroba, khususnya
bakteri atau mikroalgae. Pada air yang kotor atau sudah tercemar, misal air sungai,
air kolam, air danau dan sumbersumber lainnya,
disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga kelompok mikroba
lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil toksin, penyebab blooming,
penyebab korosi, penyebab deteriorasi, penyebab pencemaran ini adalah bakteri
coli.
1.2 Jenis pengolahan air
Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik
didih.
2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air.
Konsentrasi sekitar 2
ppm cukup untuk membunuh bakteri.
Penggunaan kaporit akan menimbulkan bau pada air dan untuk menghilangkannya diperlukan proses penyaringan
dengan media karbon aktif.
3. Penggunaan senyawa perak.
Alternatif
ini jarang digunakan. Biasanya yang digunakan adalah perak nitrat, dengan mencampurkannya
ke dalam air. Penggunaan ini biasanya untuk keadaan memaksa, misalnya tentara pada waktu perang atau
petugas survei yang harus bekerja di tempat yang jauh dan tak ada air bersih.
4. Dengan ultraviolet.
Air
dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet
berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet.
Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus
cukup. Untuk sanitasi air yang efektif diperlukan
intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per sentimeter persegi).
Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas
dan waktunya cukup. Tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran
dengan UV. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan
harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus
telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi,
bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).
5. Ozonisasi.
Ozon
merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa,
peralatan dan kemasan akan ikut di sanitasi
sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan
sanitasi air yang efektif disamping sangat
aman.
Sistem filtrasi Desinfeksi air minum dapat dilakukan dengan filtrasi membran. Klorinasi tidak digunakan dalam
proses pengolahan air minum,karena sisa klor dalam air dapat menimbulkan bau yang
mengganggu pada saat dikonsumsi.
Penyaringan (filtrasi) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1) filtrasi dengan pasir dan
2) filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran
besar (>3 mikrometer), mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel
berukuran lebih kecil (0,08 mikrometer), ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul,
nanofiltrasi dapat memisahkan mikromolekul dan ion-ion bervalensi dua (misalnya
Mg,Ca).Adapun ion-ion dapat dipisahkan dengan membrane ”reverses osmosis”.
Dengan demikian, penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan
penggunaan ultrafiltrasi dapat memisahkan
bakteri dan virus. Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan ara oagulasi/flokulasi,
sedimentasi, filtrasi pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi).
Bahan-bahan
terlarut dapat dihilangkan dengan aerasi (misalnya Fe dan Mn), oksidasi misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV),
adsorpsi dengan karbon aktif atau membran
filtrasi (reversed osmosis). Proses pengolahan air minum pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan,
baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Munculnya usaha air minum
isi ulang merupakan fenomena yang tidak
dapat dihilangkan. Dengan menjamurnya usaha tersebut, yang diperlukan adalah pengaturan berupa standar produk dan
prosesnya. Dengan begitu bukan hanya pihak
konsumen yang terlindungi tetapi juga usaha air minum isi ulang itu sendiri.
1.3 Kualitas air
Pengadaan air bersih untuk kepentingan
rumah tangga : untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan
yang sudah ditentukan sesuai peraturan
internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam
hal ini kualitas air bersih di Indonesia
harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI
No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di
dalamnya harus sesuai. Analisis Kualitatif
Bakteri …
Air baku
Aerasi Filtrasi pasir Filter karbon aktif Filtrasi membran Ozonisasi/Radiasi UV Filtrasi membrane Kemasan Pengisian
Pelabelan Ke konsumen Gambar 1. skema proses pengolahan air minum Kualitas air
tersebut menyangkut :
a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau
dan rasa. Kekeruhan air dapat itimbulkan
oleh adanya bahan-bahan organik dan
anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari
buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran
oleh air buangan.
b) Kualitas kimia yang
berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping
residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu
pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan
warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH
air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit,
terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil
oksin.
Bakteri indikator keamanan air minum
Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal
istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam
hal ini, pengertian pangan adalah pangan
seperti yang tercantum pada Undang- Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 yang mencakup
makanan dan minuman (termasuk air minum).
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan
menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia.
Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat
dan hidup pada usus manusia. Jadi,
adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau
lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal
dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin
mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang
tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produkproduk susu.
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk
batang, gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC.Adanya bakteri koliform di dalam
makanan/minuman menunjukkan kemungkinan
adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Bakteri
koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu :
(1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan
(2) koliform nonfekal misalnya Enterobacter
aerogenes. Escherichia coli merupakan
bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan
pada hewan atau tanam-tanaman yang telah
mati (Fardiaz, 1993 ). Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum menunjukkan
bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin
dapat mengandung patogen usus.
Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus nol
dalam 100 ml.
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan metode Most Probable
Number ( MPN ).
Kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium
kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang
letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi
laktosa menjadi asam dan gas). Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan
sistem 3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung untuk 0,1 ml) atau 5-5-5 . Kehadiran bakteri
coli besar pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia, terbukti dengan kualitas air minum, secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri
tersebut (tabel 1). Tabel 1. Batas maksimum
cemaran mikroba dalam air mineral Nomor Jenis Makanan Jenis Pengujian Batas Maksimum per gram/per ml Air
mineral Angka lempeng total MPN coliform
Escherichia coli* Clostridium perfringens Salmonella 102 <3 0 0 negatif
Catatan :* 100 ml untuk jenis makanan bentuk cair
Uji Kualitatif Koliform
Uji kualitatif
koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu
(1) Uji
penduga (presumptive test),
(2) Uji penguat (confirmed test) dan
Uji pelengkap (completed test).
Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN. 1.Uji
penduga (presumptive test) Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran
bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena
fermentasi laktosa oleh bakteri golongan
koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung
udara. Tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham .
Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi
positif terbentuk asam dan gas dan ibandingkan
dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair.
Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif,
maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam
tabung Durham ,
dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada
masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN. 2. Uji
penguat (confirmed test) Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari
tabung yang positif terbentuk asam dan gas
terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik
dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni
bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan
lendir untuk kelompok koliform lainnya.
3. Uji pelengkap (completed test) Pengujian selanjutnya
dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk
menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam
medium kaldu laktosa dan medium agar miring
Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya
positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung
bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana
bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek.
Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal
(berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri
diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu
420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan
baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia
(SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection
Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan
uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya
patogen. Usepa mensyaratkan presence/absence
test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh
mengandung coliform. Apabila sampel yang
diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA
mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia
lamblia dan bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat
perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia
coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya mensyaratkan
kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya
lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. 4. Uji identifikasi Dengan
melakukan eaksi IMVIC (Indole, Methyl
red, Voges-Proskauer tes, penggunaan Citrat).
BAB IV
METODE
ANALISIS
1. DATA
PENGAMATAN
1.1 Angka Lempeng Total
WAKTU
PENGAMATAN
|
JUMLAH KOLONI MIKROBA
|
|||
ASLI
|
10-1
|
10-2
|
10-3
|
|
26-03-2003
|
4
|
3
|
2
|
-
|
27-03-2003
|
24
|
20
|
5
|
-
|
1.2 Koliform
Media
|
Waktu setelah
Pembiakan (jam)
|
Jumlah Contoh Dalam
Satuan Mililiter
|
||
5
|
1
|
0,1
|
||
Jumlah
tabung yang positif
|
Jumlah
tabung yang positif
|
Jumlah
tabung yang positif
|
||
LB
|
24
48
|
5
-
|
-
3
|
-
1
|
BGLB
|
24
48
|
4
4
|
-
-
|
-
-
|
2. PERHITUNGAN
2.1 Angka Lempeng Tiotal Bakteri
Dari hasil pengamatan terdapat jumlah koloni lebih kecil
dari 25 maka perhitungan dilakukan sesuai dengan butir dan pada bagian bab III
bagian b tentang cara menghitung dan menyatakan hasil
Tabel. Menghitung dan Menyatakan hasil pada Air Minum Dalam Kemasan
X
|
Pengenceran
|
|||
ASLI
|
10-1
|
10-2
|
10-3
|
|
Y
|
24
|
20
|
5
|
-
|
Xy
|
24
|
200
|
500
|
-
|
Ket :
X = Faktor pengenceran
Y = Jumlah koloni selama 48 jam
<25 hitung dengan pengenceran yang terendah
24= 2,4 x 101
koloni/ ml
2.2 Koliform
Angka paling mungkin dari koliform setelah dirujuk pada
table adalah 13 APM/ 100 ml.
3. PEMBAHASAN
Dari hasil penentuan uji Angka Lempeng otal terdapat
jumlah koloni sebanyak 2,4 X 101 koloni/ml sedangkan Angka Paling
Mungkin dari koliform adalah 13 APM/ 100ml. dtandar kualitas dari Air Minum
Dalam Kemasan untuk parameter Angka Lempeng Total 1,0 x 102 koloni/ml
dan koliform, <2 APM/ 100ml. dari hasil ini Minuman dalam kemasan tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi oleh konsumen.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka penyusun menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Air merupakan suatu sarana utama
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah
satu media dari berbagai macam penularan penyakit.
2. Air mempunyai multi fungsi dalam tubuh manusia
ialah :
a. Sebagai sarana angkutan dari hasil pencernaan
makanan
b. Sebagai alat perangkat sisa-sisa pencernaan.
c. Sebagai pelarut/ pengangkut hormone-hormon yang
dihasilkan oleh kelenjer-kelenjer dan enzim-enzim.
d. Sebagai sarana pengangkut kelebihan panas dari
bagian badan yang bekerja keras.
3. Keistimewaan
air kemasan adalah karena warna, rasa, dan baunya yang tidak berubah dariu
rasa, warna, dan bau air alami
4. Keistimewaan
air juga dikenal sebagai air untuk obat, seperti untuk diet, untuk pengembangan
penyakit-penyakit tertentu terutama penyakit-penyakit tertentu terutama
penyakit yang menyangkut kekurangan mineral di dalam tubuh (misalnya kekurangan
yodium & kalsium)
2. Saran
Dalam melaksanakan suatu pengujian mikrobiologi
hendaknya peralatan dan perbenihan yang akan digunakan harus dalam keadaan
stril untuk mendhindari hal-hal yang todak diinginkan dalam pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonius, 1995
Official Methods of The Association of Official analytical Chemist (AOAC)
International agicultural Chemical Contminant Drug, 16 st
Edition Vol.1 Published By AOAC International Suite 500481 North French Avenue.Gandasoebrata,
R.1984. Penuntun Labolatorium Klinik.
Jakarta : Dian
Rakyat.
Hareper, H.A.dkk.1980. BIOKIMIA “Review of Physiological Chemistry” Edisi 17 P.O. Box.4276.
Jakarta : Buku
Kedokteran E.G.C
Jacobs JG, Smith W. Biochemistry and physiology of taurine and
taurine derivatives. Physiol Rev 1986; 48 : 424511.
Koolman, Jari.dkk.1994. Atlas Berwarna dan teks Biokimia. Jakarta
: Universitas Indonesia
Labolatorium Patologi Klinik. 2001. Diklat
Hematologi. Makassar : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Miwa, Shiro. 1998. Atlas of Blood Cells. Tokya ,
Japan
: Bunkodo Co. Ltd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar