Selasa, 22 Mei 2012

PENENTUAN UJI ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI DAN KOLIFORM DALAM AIR MINUM KEMASAN


KATA PENGANTAR

         Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Bahasa Indonesia ini .
          Laporan ini ditulis dengan judul “Penentuan uji angka lempeng total bakteri dan koliform pada air minum dalam kemasan”., dimana air merupakan suatu wadah untuk penyebaran wabah penyakit sehingga penulis merasa tertarik untuk mengambil judul tersebut.
         Pada, kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang penulis dapatkan hingga selesainya laporan ini, kepada :
1.      Bapak Drs. Tamrin, M.Si selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar.
2.      Bapak Drs. Abd. Rauf, selaku pembimbing dalam penyusunan laporan ini.
3.      Ayahanda dan Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberikan dukungan baik moral maupun material.
4.      Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, laporan ini semoga bermanfaat bagi para pembacanya.
Makassar,    maret 2012

                                                                                                   Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................      i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................     ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................    iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................   iv
ABSTRAK.............................................................................................................     v
BAB I          PENDAHULUAN............................................................................     1
1.1 Latar Belakang.............................................................................     1
1.2 Tujuan PKL.................................................................................     5
1.3 Pokok-Pokok Masalah.................................................................    6
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................     6
BAB II         TINJAUAN UMUM.........................................................................     8
2.1  Sejarah Singkat............................................................................     8
2.2 Kedudukan, Fungsi, dan Peranan................................................   10
2.3 Fasilitas Pabrik.............................................................................   11
BAB III       TINJAUAN  PUSTAKA..................................................................   12
3.1  Air................................................................................................ 12
                     3.2 Kualitas Air..................................................................................   18
BAB IV       METODE ANALISIS......................................................................   26
4.1 Data Pengamatan.........................................................................   26
4.2 Perhitungan..................................................................................  27
4.3 Pembahasan.................................................................................   28
BAB VI       PENUTUP.........................................................................................   29
5.1  Kesimpulan..................................................................................   29
5.2  Saran............................................................................................   30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................   31


ABSTRAK

Alat transportasi (pengangkut) utama di dalam tubuh manusia adalah darah. Darah selalu beredar di dalam pembuluh darah karena adanya jantung yang terus menerus memompa.
Darah adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang sebenarnya tertutup. Darah terdiri dari elemen-elemen padat (eritrosit, leukosit, dan trombosit) yang terdapat dalam medium cair (plasma).
Labolatorium hematology adalah contoh sarana yang dapat menyampaikan beberapa diagnosa suatu penyakit atau keadaan patologik dalam darah yaitu dengan melihat keadaan sel-sel darah dari pasien itu sendiri. Ilmu hematology adalah cabang ilmu patologi yang mempelajari keadaan patologik dari penyakit-penyakit darah, pemeriksaan-pemeriksaan terhadap darah, immunologi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan transfuse darah.
Adapun pemeriksaan darah rutin yang selalu dilakukan di labolatorium hermatologi, dimana pemeriksaan darah tersebut dilakukan tanpa indikasi khusus. Dalam arti untuk mengetahui kenormalan konsentrasi sel-sel darah dari pasien.










BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam kedaan mencair dapat digunakan.
Keperluan sehari-hari terhadap air, berbeda untuk tiap tempat dan untuk tiap tingkatan kehidupan. Yang jelas, semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah keperluan akan air. Menurut Departemen Kesehatan (1994), di Indonesia rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi : 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum dan sisanya untuk keperluan lainnya. Untuk negara-negara yang sudah maju, ternyata jumlah tersebut sangat tinggi, seperti : untuk kota Chicago dan Los Angeles (Amerika Serikat) masing-masing 800 dan 640 liter, kota Paris (Perancis) 480 liter, kota Tokyo (Jepang) 530 liter dan kota Uppsala (Swedia) 750 liter per kapita per hari. Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat.  Akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber-sumber air baru, setiap saat terus dilakukan antara lain dengan:
1) Mencari sumber-sumber air baru, baik berbentuk air tanah, air sungai, air danau.
2)  Mengolah dan menawarkan air laut.
3) Mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai, air danau.
Masalah pelik yang harus dihadapi dalam masalah mengolah air adalah karena  semakin meningkat dan tingginya pencemaran yang memasuki badan air. Pencemaran tersebut dapat berasal dari :
1) Sumber domestik, yang terdiri dari rumah tangga
2) Sumber non-domestik, yang terdiri dari kegiatan pabrik, industri, pertanian.
Menurut Unus Suriawiria (1995), perairan alami memang merupakan habitat atau tempat yang sangat parah terkena pencemaran. Sehingga rumus kimia air : H2O, merupakan rumus kimia air yang hanya berlaku untuk air bersih seperti akuades, akuademin dan sebagainya.
Sedang untuk air alami yang berada di dalam sungai, kolam, danau, laut dan sumber-sumber lainnya akan menjadi : H2O ditambah dengan :


- Faktor yang bersifat biotik
- Faktor yang bersifat abiotik
- Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari : bakteria, fungi, mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga akan mendatangkan kerugian.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.
Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septic maupun air permukaan.
Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.
Air minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depo-depo itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depo-depo air minum isi ulang bermunculan. Keberadaan depo air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depo air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) atas kualitas depo air minum isi ulang di Jakarta (Kompas, 2003) menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah contoh.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1997/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada depo air minum menjadi tugas dan tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan uji bakteriologis pada air minum isi ulang pada depo yang terdapat di Kota Singaraja Dalam penelitian ini akan dikaji beberapa permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah terdapat cemaran bakteri koliform dalam air minum isi ulang pada depo di kota Singaraja dengan uji penduga ( presumtive test )?
b. Dari manakah didapatkan sumber air baku yang dipergunakan pada depo air minum isi ulang di kota Singaraja ?
c. Bagaimanakah pemrosesan air minum pada depo air minum isi ulang di kota Singaraja dilaksanakan ?

1.2 Pokok-Pokok Masalah
1.      Bagaimana menentukan angka Lempeng Total Bakteri pada Air minum dalam Kemasan (AMDK)
2.      Bagaimana menentukan koliform pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

1.3 Sistematika Penulisan
Sebagaimana mestinya suatu karya ilmiah, maka Laporan ini disusun sedemikian rupa sesuai dengan syarat-syarat suatu karya tulis. Penulis menguraikan materi laporan praktik kerja lapang ini dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab. Adapun penjelasannya sebagai berikut
BAB I       Pendahuluan, yang berisi pokok-pokok masalah yang dibahas yang terdiri dari : latar belakang, pokok-pokok masalah, dan sistematika penulisan
BAB II      Tinjauan umum Balai riset dan standarisasi industri dan perdagangan yang meliputi : sejarah singkat, kedudukan, fungsid peranan, dan fasilitas pabrik.
BAB III    Tinjauan Pustaka yang meliputi : Air, jenis pengolahan air, dan kualitas air.
BAB IV    Metode Analisis yang meliputi : Data pengamatan, perhitungan, dan pembahasan
BAB V      Penutup yang meliputi : kesimpulan dan saran.











BAB II
TINJAUAN UMUM

1.1 SEJARAH SINGKAT
Balai riset dan standarisasi industri dan perdagangan yang berkantor di jalan Racing Center, P.O. BOX 1448 didirikan pada tahun 1947 dengan nama labolatorium Voor Scheikunding yang berpusat di Bogr. Balai Riset dan Standarisasi Industri perdagangan paa saat itu berlokasi di jalan Seram Ujung Padang.
Pada tahun 1952 labolatorium Voor Scheikunding Onderzoek Filial Makassar diubah menjadi Balai Penyelidikan Kimia Cabang Makassar. Pada tahun 1960 pindah tempat dari jalan seram ke jalan W.R. supratman No. 4 Ujung Pandang.
Dalam tahun 1961 sampai dengan tahun 1968 Balai Penyelidikan Kimia bernaung di bawah PNPR Nupiksa Yasa suatu Badan Usaha Milik Negara dan pada tahun 1968 sampai tahun 1975 berada di bawah puslitbang Aneka Industri dan kerajinan Departemen Perindustrian dan sejak tahun 1979 sampai sekarang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan Perindustrian.
Nama badan penelitian kimia diubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Industri dengan surat keputusan menteri perindustrian No. 357/M/S/II/8/1980 tanggal 26 Agustus 1980. selanjutnya Balai Penelitian dan Pengembangan Industri disingkat menjadi Balai Industri.
Pada tahun 1985 sebagian seluruh gedung Balai Industri Ujung Pandang pindah kejalan Racing Center Ujung Pandang.
Pada tahun 1993 seluruh gedung Balai Industri Ujung Pandang pindah kejalan Racing Center, P.O.BOX 1148, Ujung Pandang 90231, yang peresmian penggunaanya dialkukan oleh kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan. Dan pada tanggal 1 Januario 2002, Balai Industri Ujung Pandang diganti dengan nama Balai Industri Makassar yang berada di dalam struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan Deperindag.
Balai Industri adalah unit pelaksanaan teknis di bidang penelitian dan pengembangan Industri dalam lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang berada di Bawah dan bertaggung jawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan (BPPIP).
Kemudian pada tanggal 29 November 2002, berdasarkan kepuusan menteri perindustrian dan perdagangan Nomor : 784/MPP/Kep/ II/ 2002, balai penelitian pengembangan industri dan perdagangan Deperindag, diubah menjadi Balai risey dan standarisasi Industri dan Perdagangan Deperindag (BARISTAND INDAG).


1.2 KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN PERANAN
Balai Industri Makassar adalah perusahaan yang sebelumnya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  pada tahun 2001 mulai go publis dengan menawarkan sahamnya kepada khalayak umum dalam rangka program pemerintah untuk mengadakan privatisasi beberapa BUMN di Indonesia. Selain tetap memproduksi obat-obat esensial dan obat generic berlogo, Balai Industri Makassar telah mengembangkan produk-produk merek dagang, khususnya –yang kini menjadi andalan Balai Industri Makassar –adalah produk obat tradisional (herbal medicine).
Balai Industri Makassar memilik fungsi sebagai berikut:
  1. Menyelenggarakan kemanfaatan  umum di bidang farmasi dalam arti seluas-luasnya terutama dalam pengadaan produk farmasi yang diperlukan oleh sarana kesehatan baik di pusat maupun di daerah, yaitu unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun masyarakat umum.
  2. Mendapatkan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan untuk disumbangkan bagi pembangunan nasional, sesuai dengan kemampuan perusahaan.
  3. Memperluas pemerataan penyediaan obat khususnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
  4. Mencakup kebutuhan obat yang dibutuhkan bagi Puskesma dan Rumah Sakit pemerintah, serta penyediaan obat di desa guna Pos Yandu.
  5. Sebagai price leader terhadap obat-obat yang beredar di masyarakat melalui program obat generic berlogo.
  6. Meningkatkan penerapan CPOB sebagaimana direkomendasikan oleh WHO, sehinghga hasil produksi berstandar Internasiona.
Balai Industri Makassar memiliki kapasitas produksi yang sangat besar untuk menghasilkan obat-obatan esensial namun berarti tidak mengesampingkan masalah mutu. Obat yang diproduksi dibangun mutunya dengan perencanaan dan pengawasan secara ketat, tanpa membedakan untuk jenis obat produk tersebut ditujukan.
Balai Industri Makassar memiliki peran pendidikan dengan memberi kesempatan kepada para tenaga farmasi/ analis, baik tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi untuk melakukan praktek kerja lapang. Dalam hal ini Balai Industri Makassar turut berperan dalam mengmbangkan SDM di bidang farmasi, yang juga merupakan salah satu misi dari Balai Industri Makassar.

1.3 FASILITAS PABRIK
Balai Industri Makassar (PERSERO) Tbk dalam proses produksinya dilengkapi dengan fasilitas pabrik yang mendukung kemampuan pabrik untuk menerapkan CPOB. Luas pabrik keseluruhan 200.000 m2 dan luas bangunan keseluruhan 29.010 m2. Perincian bangunan pabrik dan luas bangunan dapat dilihat pada table berikut:

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. AIR
1.1 Kelompok Kehidupan Di Dalam air
Faktor-faktor biotik yang terdapat didalam air terdiri dari bakteria, fungi,mikroalgae, protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang tidak  termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan  tetapi juga dapat merugikan.
1) Menguntungkan
a. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan  utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-jenis mikroalgae misalnya: Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus,  Tabellaria.
b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad ”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau  merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis
c. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan  fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan  penambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-tambah, ini  yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.
d. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad  pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi hasil  uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnnya ikan.
2) Merugikan
a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella penyebab   penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab  disentriamuba.
b. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang   hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas, Salmonella,  taphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystisc.  Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal  dari air pompa, missal di daerah permukiman baru yang tadinya persawahan. Ini  disebabkan oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang mempunyai kemampuan  untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.
d. Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan menjadi  berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang misal Thiobacillus  yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
e. Badan dan  warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warna- sarna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu roses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan  airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis  mikroalgae yang berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis  aerugynosa.
Dalam keadaan blooming sering terjadi kasus-kasus :
 - Ikan mati, terutama yang  masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis mikroalgae tersebut dapat  menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
- Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe atau S),  karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan pula bakteri Fe  atau S penghasil asam yang korosif. Ada pernyataan bahwa air jernih belum tentu  bersih. Ini dihubungkan dengan keadaan bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur,  ternyata sudah mengandung mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air yang kotor atau sudah tercemar, misal air sungai, air kolam, air danau dan  sumbersumber lainnya, disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga kelompok mikroba lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil toksin, penyebab blooming, penyebab korosi, penyebab deteriorasi, penyebab pencemaran ini adalah bakteri coli.
1.2 Jenis pengolahan air
Proses sanitasi air dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Sanitasi air yang paling sederhana dengan memanaskan air hingga titik didih.
2. Dengan klorinasi atau pencampuran kaporit kedalam air.
Konsentrasi sekitar 2 ppm  cukup untuk membunuh bakteri. Penggunaan kaporit akan menimbulkan bau pada air  dan untuk menghilangkannya diperlukan proses penyaringan dengan media karbon  aktif.



3. Penggunaan senyawa perak.
Alternatif ini jarang digunakan. Biasanya yang digunakan adalah perak nitrat, dengan mencampurkannya ke dalam air. Penggunaan ini biasanya untuk keadaan memaksa,  misalnya tentara pada waktu perang atau petugas survei yang harus bekerja di tempat  yang jauh dan tak ada air bersih.
4. Dengan ultraviolet.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu  ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang efektif  diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per sentimeter persegi). Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup. Tidak ada residu atau hasil samping dari proses penyinaran dengan UV. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).

5. Ozonisasi.
Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk  virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut di  sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada  kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping  sangat aman.
Sistem filtrasi Desinfeksi air minum dapat dilakukan dengan filtrasi  membran. Klorinasi tidak digunakan dalam proses pengolahan air minum,karena sisa  klor dalam air dapat menimbulkan bau yang mengganggu pada saat dikonsumsi.
Penyaringan (filtrasi) dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) filtrasi dengan pasir dan
2) filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3 mikrometer), mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08 mikrometer), ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat memisahkan mikromolekul dan ion-ion bervalensi dua (misalnya Mg,Ca).Adapun ion-ion dapat dipisahkan dengan membrane ”reverses osmosis”. Dengan demikian, penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan penggunaan ultrafiltrasi  dapat memisahkan bakteri dan virus. Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan  ara  oagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi).   
Bahan-bahan terlarut dapat dihilangkan dengan aerasi (misalnya Fe dan Mn), oksidasi  misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV), adsorpsi dengan karbon aktif atau  membran filtrasi (reversed osmosis). Proses pengolahan air minum pada prinsipnya  harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Munculnya usaha air minum isi ulang merupakan fenomena  yang tidak dapat dihilangkan. Dengan menjamurnya usaha tersebut, yang diperlukan  adalah pengaturan berupa standar produk dan prosesnya. Dengan begitu bukan hanya   pihak konsumen yang terlindungi tetapi juga usaha air minum isi ulang itu sendiri.
1.3 Kualitas air
Pengadaan air bersih untuk  kepentingan rumah tangga : untuk air minum, air mandi,  dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai  peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Analisis  Kualitatif Bakteri …
Air baku Aerasi Filtrasi pasir Filter karbon aktif Filtrasi membran Ozonisasi/Radiasi  UV Filtrasi membrane Kemasan Pengisian Pelabelan Ke konsumen Gambar 1.  skema  proses pengolahan air minum Kualitas air tersebut menyangkut :
a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat  itimbulkan  oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti  lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di  dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.
b)  Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn,  tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan  kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil  oksin.
Bakteri indikator keamanan air minum Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal  istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini, pengertian pangan adalah  pangan seperti yang tercantum pada Undang- Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum).
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan  hidup pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah  mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya  mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya. Koliform merupakan  suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan  kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produkproduk susu.  
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram  negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang  memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada  suhu 35oC.Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman menunjukkan  kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang  berbahaya bagi kesehatan.
Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu :
(1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan
(2) koliform  nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli  merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan  Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang  telah mati (Fardiaz, 1993 ). Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan  mungkin  dapat mengandung patogen usus.
Oleh karena itu, standar air minum  mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml.
Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam contoh digunakan metode Most Probable Number ( MPN ).
Kehadiran bakteri coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas). Tergantung kepada kepentingan, ada yang menggunakan sistem 3-3-3 (3 tabung untuk 10 ml, 3 tabung untuk 1,0 ml, 3 tabung  untuk 0,1 ml) atau 5-5-5 . Kehadiran bakteri coli besar pengaruhnya terhadap  kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air minum, secara bakteriologis  tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut (tabel 1). Tabel 1. Batas  maksimum cemaran mikroba dalam air mineral Nomor Jenis Makanan Jenis  Pengujian Batas Maksimum per gram/per ml Air mineral Angka lempeng total MPN  coliform Escherichia coli* Clostridium perfringens Salmonella 102 <3 0 0 negatif Catatan :* 100 ml untuk jenis makanan bentuk cair
Uji Kualitatif Koliform 
Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap  yaitu
(1) Uji penduga (presumptive test),
 (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji  pelengkap (completed test). Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN. 1.Uji penduga (presumptive test) Merupakan tes  pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri  golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas  yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung  dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam  tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan  menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan  ibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah  mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya  negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam  waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN. 2. Uji penguat (confirmed test) Hasil uji  dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan  gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin  Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi.  Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat  metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform  lainnya.
3. Uji pelengkap (completed test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji  kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna  pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar  miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada  suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media  agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan  baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan  tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar  persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya  kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Usepa mensyaratkan  presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air  minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung coliform. Apabila sampel  yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif  mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan bakteri Legionella. Pada  air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan  Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. 4. Uji identifikasi Dengan melakukan  eaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes, penggunaan Citrat).












BAB IV
METODE ANALISIS

1.  DATA PENGAMATAN
1.1 Angka Lempeng Total
WAKTU
PENGAMATAN
JUMLAH KOLONI MIKROBA
ASLI
10-1
10-2
10-3
26-03-2003
4
3
2
-
27-03-2003
24
20
5
-

1.2 Koliform
Media
Waktu setelah Pembiakan (jam)
Jumlah Contoh Dalam Satuan Mililiter
5
1
0,1
Jumlah tabung yang positif
Jumlah tabung yang positif
Jumlah tabung yang positif
LB
24
48
5
-
-
3
-
1
BGLB
24
48
4
4
-
-
-
-


2. PERHITUNGAN
2.1 Angka Lempeng Tiotal Bakteri
Dari hasil pengamatan terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 maka perhitungan dilakukan sesuai dengan butir dan pada bagian bab III bagian b tentang cara menghitung dan menyatakan hasil
Tabel. Menghitung dan Menyatakan hasil pada Air Minum Dalam Kemasan
X
Pengenceran
ASLI
10-1
10-2
10-3
Y
24
20
5
-
Xy
24
200
500
-

Ket :
        X = Faktor pengenceran
        Y = Jumlah koloni selama 48 jam
<25 hitung dengan pengenceran yang terendah
      24= 2,4 x 101 koloni/ ml
2.2 Koliform
Angka paling mungkin dari koliform setelah dirujuk pada table adalah 13 APM/ 100 ml.

3. PEMBAHASAN
Dari hasil penentuan uji Angka Lempeng otal terdapat jumlah koloni sebanyak 2,4 X 101 koloni/ml sedangkan Angka Paling Mungkin dari koliform adalah 13 APM/ 100ml. dtandar kualitas dari Air Minum Dalam Kemasan untuk parameter Angka Lempeng Total 1,0 x 102 koloni/ml dan koliform, <2 APM/ 100ml. dari hasil ini Minuman dalam kemasan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi oleh konsumen.



















BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.  Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit.
2. Air mempunyai multi fungsi dalam tubuh manusia ialah :
a.  Sebagai sarana angkutan dari hasil pencernaan makanan
b. Sebagai alat perangkat sisa-sisa pencernaan.
c. Sebagai pelarut/ pengangkut hormone-hormon yang dihasilkan oleh kelenjer-kelenjer dan enzim-enzim.
d. Sebagai sarana pengangkut kelebihan panas dari bagian badan yang bekerja keras.
3.  Keistimewaan air kemasan adalah karena warna, rasa, dan baunya yang tidak berubah dariu rasa, warna, dan bau air alami
4.  Keistimewaan air juga dikenal sebagai air untuk obat, seperti untuk diet, untuk pengembangan penyakit-penyakit tertentu terutama penyakit-penyakit tertentu terutama penyakit yang menyangkut kekurangan mineral di dalam tubuh (misalnya kekurangan yodium & kalsium)
2. Saran
Dalam melaksanakan suatu pengujian mikrobiologi hendaknya peralatan dan perbenihan yang akan digunakan harus dalam keadaan stril untuk mendhindari hal-hal yang todak diinginkan dalam pengamatan.






























DAFTAR PUSTAKA


Anonius, 1995 Official Methods of The Association of Official analytical Chemist (AOAC) International agicultural Chemical Contminant Drug, 16 st Edition Vol.1 Published By AOAC International Suite 500481 North French Avenue.Gandasoebrata, R.1984. Penuntun Labolatorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Hareper, H.A.dkk.1980. BIOKIMIA “Review of Physiological Chemistry” Edisi 17 P.O. Box.4276. Jakarta: Buku Kedokteran E.G.C
Jacobs JG, Smith W. Biochemistry and physiology of taurine and taurine derivatives. Physiol Rev 1986; 48 : 424­511.
Koolman, Jari.dkk.1994. Atlas Berwarna dan teks Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia
Labolatorium Patologi Klinik. 2001. Diklat Hematologi. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Miwa, Shiro. 1998. Atlas of Blood Cells. Tokya, Japan : Bunkodo Co. Ltd.

































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar