Selasa, 22 Mei 2012

FLASH POINT


FLASH POINT

Electronic Flashpoint Tester di gunakan mengukur titik nyala dari berbagai macam bahan bakar, pelumas dan bahan kimia.
Pelumas bekas pakai (used oil) juga memerlukan pengujian titik nyala untuk memastikan tingkat kontaminasi bahan bakar minyak dan gas - gas yang mudah terbakar. Seperti pada pelumas trafo yang sangat rentan terhadap polutan gas berpotensi ledakan dari hasil oksidasi pelumas dan kertas pembungkus lilitan.
Membeli bahan bakar adalah membayar nilai energi yang terkandung di dalamnya, bukan berdasarkan satuan volume dan beratnya. Selain nilai kalori bahan bakar, titik nyala pada temperatur tertentu memastikan mesin Anda bekerja sesuai design mesin tersebut.
Para produsen, distributor, dan pengguna bahan bakar menggunakan Flashpoint Tester standar ASTM ini dalam memastikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi dan mencegah potensi out of spec secara sengaja atau tidak di sengaja.
Flashpoint Tester sangat membantu pada pekerja industri perminyakan, gas dan kimia dalam pengaturan peralatan proses produksi.
Produk FG-K16909-KW, Flashpoint Tester ditawarkan dalam paket stand-alone kit dalam kemasan tas metal yang ekslusif. Produk Flashpoint Tester juga digunakan para produsen dan pengguna biofuel dalam mengukur titik nyala dari biodiesel dan bioethanol.
Fitur Flashpoint Tester elektronik:
» Sangat mudah dalam penggunaan dan perawatan.
» Kualitas produk standar International.
» Akurasi tinggi, hemat biaya investasi awal dan operasional.
» Spare part dan reagent tersedia di setiap negara.
Jumlah sampel:
2 ml untuk flash point s/d 100°C.
4 ml untuk flash point 100° s/d 300°C
Aplikasi:
Bahan bakar, pelumas dan kimia
Korelasi standar:
ASTM D3278; ASTM D3828 - IP303
ASTM E502; ISO 3679; ISO 3680
BS 6664 Parts 3 and 4; BS EN 456
BS 3900 Part A13
UN Class 3 Non- viscous Flammable Liquids
Power:
200 Watt maksimum
110/120V or 220/240V, 50/60Hz (switchable)
12V dc dengan optional adaptor
Batas ukur:
0 - 3.5% w/w (IP 316)
0 - 1.75% (soot index)
Waktu uji:
1 ~ 99 menit
1 menit di bawah 100°C
2 menit di atas 100°C
Dimensi:
256 x 280 x 256 mm
Berat:
4 kg
Brosur Flashpoint Tester elektronik pdf (0.64 mb)
Brosur Oil Analysis Solutions pdf (0.38 mb)
Titik Nyala (Flash Point)Adalah temperature dimana timbul sejumlah uap yang apabila bercampur dengan udara membentuk suatu campuran yang mudah menyala. Titik nyala dapat diukur dengan jalan melewatkan nyala api pada pelumas yang dipanaskan secara teratur. Titik nyala merupakan sifat pelumas yang digunakan untuk prosedur penyimpanan agar aman dari bahaya kebakaran. Semakin tinggi titik nyala suatu pelumas berarti semakin aman dalam penggunaan dan penyimpanan. Metode standar untuk pengukuran titik nyala adalah ASTM D-92.
1.      bahan bakar cair yang mudah menyala (yang punya titik nyala dibawah 37.8 derajat Celcius dan tekanan uap tidak lebih dari 2.84 kg/cm2), terbagi:
a.       kelas IA, punya titik nyala dibawah 22.8 derajat Celcius dan titik didih dibawah 37.8 derajat Celcius
b.       kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 derajat Celcius dan titik didih sama atau diatas 37.8 derajat Celcius
c.        kelas IC,punya titik nyala sama atau diatas 22.8 derajat Celcius dan titik didih dibawah 60 derajat Celcius
2.      bahan bakar cair mudah terbakar (yang punya titik nyala sama atau diatas 37.8 derajat Celcius, terbagi:
a.       kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 derajat Celcius dan titik didih dibawah 60 derajat Celcius
b.       kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 derajat Celcius dan titik didih dibawah 93 derajat Celcius
c.        kelas IIC, punya titik nyala sama atau diatas 93 derajat Celcius.
Temperatur terendah di mana campuran senyawa dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan adanya percikan api. Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka (Open Cup /OC) atau wadah tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari yang diukur dengan metoda wadah tertutup.


Flashpoint Tester
Kittiwake Development UK
Electronic Flashpoint Tester di gunakan mengukur titik nyala dari berbagai macam bahan bakar, pelumas dan bahan kimia.  Pelumas bekas pakai (used oil) juga memerlukan pengujian titik nyala untuk memastikan tingkat kontaminasi bahan bakar minyak dan gas - gas yang mudah terbakar. Seperti pada pelumas trafo yang sangat rentan terhadap polutan gas berpotensi ledakan dari hasil oksidasi pelumas dan kertas pembungkus lilitan.  Membeli bahan bakar adalah membayar nilai energi yang terkandung di dalamnya, bukan berdasarkan satuan volume dan beratnya. Selain nilai kalori bahan bakar, titik nyala pada temperatur tertentu memastikan mesin Anda bekerja sesuai design mesin tersebut.  Para produsen, distributor, dan pengguna bahan bakar menggunakan Flashpoint Tester standar ASTM ini dalam memastikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi dan mencegah potensi out of spec secara sengaja atau tidak di sengaja.
Flashpoint Tester sangat membantu pada pekerja industri perminyakan, gas dan kimia dalam pengaturan peralatan proses produksi.Produk FG-K16909-KW, Flashpoint Tester ditawarkan dalam paket stand-alone kit dalam kemasan tas metal yang ekslusif. Produk Flashpoint Tester juga digunakan para produsen dan pengguna biofuel dalam mengukur titik nyala dari biodiesel dan bioethanol.
Fitur Flashpoint Tester elektronik:
» Sangat mudah dalam penggunaan dan perawatan.
» Kualitas produk standar International.
» Akurasi tinggi, hemat biaya investasi awal dan operasional.
» Spare part dan reagent tersedia di setiap negara.

VISKOTESTER
Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan shear. Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi. Viskositas adakah resistensi atau ketidak mampuan suatu bahhan untuk mengalir bila dikenai gaya. Gaya yg dimaksud adalah gaya irisan (shearing stress) yaitu gesekan yang tumbul karena hasil perubahan cairan yang disebabkan adanya resisyensi berlawanan yang diberikan cairan tersebut. Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tiper, yaitu cairan newtonian dan non newtonian.
1. Cairan Non Newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental(viscous) sejati. Contohnya : Air, minyak, sirup, gelatin, etc ( Suwedi, 1994). Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran streamline dalam suatu fluida) (Sri Kanoni, 1999).
Cairan Newtonian ada 2 jenis, uang viskositasnya tinggi disebut “Viscous” dan yang viskositasnya rendah disebut “Mobile”
2. Cairan Non-Newtonian
Yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.
Ada 3 jenis cairan non-newtonian
1. Tipe Pseudoplastis
Yaitu cairan yang viskositasnya menurun dengan meningkatnya gaya irisan. Contoh: bubur, es cream, dan adonan roti.
2. Tipe Plastis
Yaitu cairan yang viskositasnya menurun dengan meningkatnya gaya irisan, tetapi diperlukan gaya atau tekanan yang besarnya tertentu untuk memulai gaya irisan. Contoh : kecap
3. Tipe Dilatant
Yaitu cairan yang viskositasnya naik seiring dengan meningkatnya gaya irisan. Contoh: Coklat
(Bambang Kartika, 1990)
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas suatu bahan, ialah:
a. Suhu
Viskositas dan suhu memiliki perbandingan terbalik, dimana semakin tinggi suhu maka viskositas dari bahan tersebut akan semakin tinggi.
b. Konsentrasi
Biasanya terjadi hubungan langsung non-linier antara konsentrasi dan viskositas suatu larutan pada suhu tertentu. Semakin besar konsentrasi suatu bahan maka viskositasnya semakin besar.
c. Tekanan
Viskositas pada bahan pangan tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan.
d. Berat molekul
Terjadi hubungan langsung non-linier antara berat molekul dan viskositas larutan pada konsentrasi yg sama.
dPa.s (decipascal-seconds) untuk viskositas tinggi, sedangkan mPa.s (milipascal-seconds) untuk rendah. Perbedaan rotor bernomor rendah dan tinggi terletak pada besarnya instrumen penerima gesekan derngan bahan cairan, bahan cair dengan viskositas rendah harus menggunakan rotor bernomor besar untuk meningkatkan gesekan agar terbaca oleh skala viskotester dan bahan cair dengan viskositas tinggi harus menggunakan rotor bernomor rendah(kecil) agar tingkat gesekan tidak terlalu besar yang akan menyebabkan pembacaan skala tidak terukur karena melebihi kapasitas maksimum serta memberatkan kerja viskotester. Perlu diketahui tiap rotor memiliki bacaan skalanya sendiri pada viskotester, yang skalanya telah disesuaikan dengan gesekan yang diterima oleh rotor
Teori Newton
Ketika sebuah tekanan shear diterapkan kepada sebuah benda padat, badan itu akan berubah bentuk sampai mengakibatkan gaya yang berlawanan untuk mengimbangkan, sebuah ekuilibrium. Namun, ketika sebuah tekanan shear diterapkan kepada sebuah fluid, seperti angin bertiup di atas permukaan samudra, fluid mengalir, dan berlanjut mengalir ketika tekanan diterapkan. Ketika tekanan dihilangkan, umumnya, aliran berkurang karena perubahan internal energi.
Indeks kekentalan atau indeks viskositas adalah perubahan nilai viskositas akibat adanya perubahan temperatur. Perubahan ini timbul akibat adanya perubahan ikatan molekul yang menyusun fluida tersebut. Akibatnya, apabila sebuah fluida, misalnya minyak pelumas, dikenakan sebuah temperatur yang berbeda, maka kekentalannya akan berubah.
Perubahan tersebut tergantung dari sifat fisika maupun kimia fluida tersebut. Ada fluida yang jika terkena temperatur tinggi akan semakin mengental dan ada pula yang semakin encer. Dari hal itulah maka untuk memilih sebuah pelumas untuk sebuah mesin tidak bisa sembarangan tetapi harus disesuaikan dengan mesin tersebut.
Gemuk adalah pelumas dengan kekentalan tinggi. Pada awalnya gemuk digunakan untuk menyebut turunan dari lemak hewan, tetapi kini gemuk secara umum digunakan untuk menyebut pelumas dengan viskositas mula lebih tinggi dibanding minyak.Gemuk pada awalnya tersusun dari kalsium, adonan sabun sodium/ lithium dengan pengemulsi minyak mineral
Minyak pelumas mesin atau yang lebih dikenal oli mesin memang banyak ragam dan macamnya. Bergantung jenis penggunaan mesin itu sendiri yang membutuhkan oli yang tepat untuk menambah atau mengawetkan usia pakai (life time) mesin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar